Potensi Herbal untuk Budidaya Ikan di Masa Pandemi

Oleh :
Dr Alfiah Hayati
Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

Pada masa pandemi ini banyak masyarakat yang dipusingkan dengan masalah perekonomian. Hal ini juga terjadi pada para petani tambak yang melakukan budidaya perikanan, terutama untuk daerah yang letak geografisnya dekat dengan pantai. Kegiatan untuk budidaya perikanan tergantung pada ketersediaan air tawar yang berasal dari aliran sungai.

Pada masa kini, bahaya yang muncul dengan menggunaan air dari aliran sungai adalah timbulnya bahan-bahan yang bersifat racun. Bahan ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan ikan yang sedang dibudidaya. Berdasarkan faktanya, bahan beracun tersebut berasal dari adanya aktivitas manusia yang kurang peduli terhadap pelestarian alam. Banyak sekali limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, di antaranya sampah yang berasal dari bahan plastik, misalnya botol, gelas, tas kresek, sedotan, dan kantong- kantong plastik. Jika limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Pencemaran perairan oleh bahan plastik telah banyak dilaporkan secara luas dan pencemaran ini merupakan ancaman global terhadap kehidupan organisme di perairan, termasuk ikan.

Bahan-bahan dari plastik ini bila berada di badan air akan tercampur dengan bahan lainnya di perairan dan mengendap dalam sedimen dapat menimbulkan kerusakan habitat dan kematian hewan air di dalamnya. Meskipun bahan plastik tidak mudah terurai, namun dapat pecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil ketika terkena sinar ultraviolet dan abrasi fisik. Saat partikel plastik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (yaitu mikroplastik, dengan diameter kurang dari 5 mm atau nanoplastik dengan ukuran kurang dari 0,1 mikron) dapat secara sengaja atau tidak sengaja masuk ke dalam tubuh ikan, baik melalui insang maupun saluran pencernaan selanjutnya akan diserap oleh kapiler darah menuju ke seluruh bagian tubuh.

Partikel ini karena ukurannya yang sangat kecil, dapat dengan mudah memasuki rantai makanan alami. Partikel kecil dari mikroplastik polistiren termodifikasi menjadi partikel bermuatan positif yang bersifat racun. Partikel ini dapat termakan oleh ikan kecil, lalu dimakan ikan besar dst. Di alam, partikel ini cenderung menjadi agregat dengan bahan organik dan bahan anorganik.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan bahan dari plastik dan pembuangannya yang sembarangan ke lingkungan mengakibatkan tertumpuknya polusi partikel mikroplastik dalam jumlah besar di lingkungan perairan. Selain itu bahaya lain yang ditimbulkan oleh mikroplastik adalah partikel ini dapat mentransfer bahan kimia lainnya baik organik maupun anorganik yang bersifat racun dari perairan ke organisme hidup. Hal ini karena partikel kecil mikroplastik cenderung menyerap bahan lain baik dari bahan organik ataupun anorganik, misalnya logam berat (Cd, Pb, Zn). Tingkat penyerapannya bervariasi tergantung pada faktor lingkungan perairan, pada umumnya sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, dan salinitas air. Penyerapan bahan beracun oleh partikel mikroplastik juga bervariasi tergantung ukuran, volume, dan luas permukaan partikel. Misalnya untuk partikel yang sangat kecil nanoplastik, besar tingkat serapannya antara 1-2 lebih besar dibandingkan mikroplastik.

Di sisi lain, perlu diupayakan untuk meningkatkan produktivitas kegiatan budidaya ikan dengan menggunakan bahan yang mampu untuk menetralisir atau menghalau bahan beracun yang berasal dari mikroplastik. Partikel mikroplastik di dalam tubuh dapat menimbulkan radikal bebas. Antioksidan alami dapat digunakan sebagai salah satu alternatif senyawa penangkal radikal bebas. Senyawa antioksidan tersebut diperoleh dari beberapa tanaman obat, di antaranya dari tanaman kelompok Zingiberaceae, misalnya kunyit (Curcuma longa), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan lengkuas (Alpinia Galanga). Tanaman kelompok ini mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dari bahan beracun, karena tanaman banyak menghasilkan senyawa kompleks flavonoid, keton, karotenoid, dan fitoestrogen yang bersifat antioksidan.

Berdasarkan hasil kajian ilmiah, ditemukan bahwa ikan yang hidup di air tercemar mikroplastik mengalami penurunan pertumbuhan dan ukuran tubuh. Setelah dilakukan pengukuran, tampak bahwa panjang dan lebar tubuh serta panjang total ikan mengalami penurunan. Penurunan juga terjadi setelah dilakukan penimbangan berat tubuh. Menurut pendapat beberapa ahli timbulnya penurunan tersebut terkait dengan adanya partikel kecil mikroplastik dapat masuk ke jaringan melalui aliran darah. Partikel ini juga dapat ditemukan mengendap dalam tubuh larva ikan atau usus ikan dewasa. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab hilangnya nafsu makan yang membuat ikan menjadi lemah. Selain itu partikel mikroplastik juga ditemukan di insang yang dapat mengganggu fungsi insang dalam pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dari air ke kapiler darah di insang dan sebaliknya. Ditemukannya partikel kecil dari plastik di hati ikan, diduga dapat mengganggu fungsi sel hepatosit terutama detoksifikasi racun yang masuk ke tubuh. Mikroplastik yang ditemukan di hati juga menyebabkan terjadinya perubahan dalam metabolit, enzim metabolik utama, dan enzim yang diinduksi stres oksidatif.

Stres oksidatif dari partikel tersebut menimbulkan radikal bebas sehingga dapat mengoksidasi senyawa-senyawa penyusun sel dan jaringan misalnya protein, lemak, dan DNA. Protein yang teroksidasi dapat merubah struktur dan fungsinya, demikian juga dengan lemak yang teroksidasi akan terbentuk peroksidasi lipid, ketika DNA teroksidasi akan membentuk potongan-potongan DNA yang lebih kecil (fragmentasi). Sedangkan untuk manifestasi histopatologis dari toksisitas mikroplastik menunjukkan terjadinya perubahan integritas

penghalang epitel, peradangan, dan stres oksidatif. Selain itu partikel plastik yang lebih kecil (nanoplastik) melalui aliran darah dapat menembus penyangga pembuluh darah otak ikan, hal ini dapat mempengaruhi aktivitas dan perilaku ikan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa toksisitas mikroplastik menimbulkan radikal bebas dapat mempengaruhi fisiologi sel dan menurunkan fungsi sel. Semakin tinggi mikroplastik yang terserap dalam tubuh ikan dapat berpengaruh terhadap kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan sel dan jaringan.

Adapun solusi untuk pemulihan dari dampak yang ditimbulkan oleh bahan racun mikroplastik pada kesehatan ikan melalui pemberian pakan suplemen. Penambahan pakan suplemen dari rimpang Zingiberaceae (kunyit, temulawak, dan lengkuas) menunjukkan pemulihan dalam ukuran dan pertumbuhan badan ikan yang tercemar mikroplastik. Selain itu pemberian pakan suplemen dari rimpang ini juga memulihkan berat badan ikan yang tercemar limbah racun. Rimpang dari kelompok Zingiberaceae dipilih karena banyak mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai antioksidan. Tamanan ini merupakan agen antioksidan secara signifikan mengurangi peroksidasi lipid dalam jaringan. Dengan demikian pemakaian rimpang ini dapat memperbaiki kerusakan sel dan sangat baik untuk pertumbuhan ikan yang tercemar mikroplastik. Rimpang dari kelompok Zingiberaceae ini juga mudah didapatkan oleh masyarakat sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam pencarian bahan bakunya.

Dengan demikian di masa pandemi ini, para petani tambak dianjurkan untuk menambah pakan utama ikan dengan pakan suplemen dari rimpang Zingiberaceae yang murah dan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional. Dengan tulisan ini diharapkan bisa membantu para petani tambak dalam meningkatkan produksi panen perikanan, khususnya untuk daerah-daerah yang menggunakan sumber air tambak dari sungai.

———— *** ————

Tags: