Potensi Pengembangan Sorgum di Jatim

Camat Tembelang, Wor Windari ikut memanen tanaman Sorgum di lahan petani di Desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang, Jombang. [arif yulianto]

Jadi Tanaman Pangan Alternatif, Mulai Dikembangkan Petani di Jombang
Kab Jombang, Bhirawa
Sorgum atau sorghum spp adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan kelima setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Selama ini, sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika. Di Jatim, tanaman ini mulai dikembangkan seperti yang ada di Kabupaten Jombang.
Salah seorang petani yang mulai mengembangkan jenis pertanian ini adalah Muhammad Irfan. Petani asal Desa Tampingmojo, Kecamaan Tembelang, Kabupaten Jombang ini pada, Senin (13/11), telah memanen sorgum miliknya setelah usinya mencapai 90 hari.
Di Jawa, sorgum dikenal dengan nama cantel atau jagung cakul. Tanaman ini mulai dikembangkan di sejumlah desa di Kecamatan Tembelang, Jombang. Oleh Camat Tembelang, Wor Windari, tanaman pangan alternatif tersebut diharapkan dapat menjadi ikon khas Kecamatan Tembelang, Jombang nantinya. “Saya berharap sorgum ini bisa jadi ikon di Kecamatan Tembelang, kalau ngomobg sorgum ya kecamatan tembelang,” kata Windari.
Ia menjelaskan, saat ini sudah terdapat tiga hektare lahan pertanian yang digunakan untuk menanam Sorgum di sejumlah desa di kecamatan tersebut. “Belum semua petani menanam sorgum ini. Baru dikenalkan. Saya sangat menyambut baik sekali dengan pengembangann sorgum di Tembelang. Saya akan fasilitasi,” ungkapnya.
Windari menambahkan, sorgum ini dapat menjadi pangan alternatif selain padi dan jagung. Buah sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, seperti bubur, kue dan makanan lainnya. “Ini mulai dikembangkan untuk bahan makanan dan kue. Ibu-ibu mulai mengembangkan modifikasi makanan,” tuturnya.
Windari pun memastikan bahwa Sorgum telah memiliki pasar sendiri. Dikatakannya, permintaan akan Sorgum saat ini sangat tinggi. “Kalau pasarnya sendiri sudah pasti. Petani jangan khawatir nanti tidak ada yang membeli. Kami masih kesulitan untuk memenuhi permintaan dari luar, dari Bandung dan Bogor,” tambahnya.
Sementara itu, menurut Muhammad Irfan, ia lebih memilih menanam sorgum ketimbang menanam tanaman jagung yang sebelumnya sering ia tanam. Hal itu karena, biaya produksi Sorgum masih lebih rendah dari pada menanam Jagung. “Lebih ringan ini (Sorgum). Pengairannya juga ringan. Jagung itu tiga kali (mengairi), kalau Sorgum satu kali. Hama juga aman,” kata Irfan.
Irfan menambahkan, dirinya baru pertama kali memulai menanam Sorgum ini, dengan percobaan luas lahan 100 RU. Dengan lahan seluas itu, Sorgum miliknya bisa menghasilkan berat 1 ton saat panen. Dengan harga kisaran empat ribu rupiah per kilogram. “Insya Alloh nanti terus saya kembangkan,” ujarnya.
Sekadar diketahui, tanaman Sorgum merupakan tanaman yang tahan terhadap kekurangan air jika dibandingkan dengan tanaman jenis padi maupun jagung. Meski sudah dipanen, tanaman ini masih dapat tumbuh kembali dengan cara di kepras dan dapat dipanen lagi setelah dilakukan perawatan seperti pemupukan dan yang lain. Sehingga, dengan tanam satu kali, Sorgum mampu dipanen pada dua kali masa panen. Dengan sistem seperti ini, petani Sorgum dapat menghemat pada sisi biaya tanam. [arif yulianto]

Rate this article!
Tags: