Potensi Produksi Itik – Entog Masih Tinggi

 Peneliti Balitbang, Wiwik (berjilbab merah muda) saat memaparkan hasil penelitiannya.

Peneliti Balitbang, Wiwik (berjilbab merah muda) saat memaparkan hasil penelitiannya.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Potensi untuk memproduksi itik dan entog di Jawa Timur masih cukup tinggi. Hal itu diungkapkan peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jatim, Dr Ir Wiwik H Winarsih MSi dalam seminar hasil penelitian yang dilakukan Bidang Sumberdaya Alam dan Teknologi Balitbang Jatim.
Dipaparkan Wiwik, potensi itik dan etog dalam sistem perunggasan di Jatim bersifat penting sebagai sumber telur dan daging. Produksi telur itik asal Jatim yang dipasarkan sampai ke Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Batam dalam bentuk terluarsin mentah curah tanpa merek.
Daging itik dan entog dipasarkan untuk kepentingan lokal setempat dan sebagian dikirim ke Bli. Populasi itik mengisi sekitar 4 persen dari seluruh populasi unggas di Jatim, dan potensinya sangat memungkinkan untuk dikembangkan.
Telur dan daging itik adalah sumber protein bergizi tinggi karenan mengundang asam amino esensial lengkap yang memberikan kontribusi sekitar tiga persen di tingkat provinsi Jatim. Konsumsi telur itik didominasi dalam bentuk telur asin yang diperdagangkan sampai ke luar Jawa.
“Kandungan protein daging dan entog relatif sama, sedikit dibawah kandungan protein daging ayam kampung. Namun, lemak dan kalori daging dan entog lebih tinggi dibandingkan lemak dari daging ayam kampung sehingga nilai katoriĀ  yang dikandung dalam sepotong dagingitik dan entog menjadi lebih tinggi,” katanya.
Dalam rekomendasinya, Wiwik memaparkan, peternak itik perlu dilindungi agar bisa mengembangkan usahanya secara berkesinambungan terutama pada pelaku pemula usaha peternakan itik dan entog.
Misalkan, peternak pemula diberikan pelatihan untuk cara beternak itik yang baik dalam konsep kawasan dikelola secara berkelompok. Selain itu, mereka juga diberikan cara meramu pakan ternak, penerapan biosekuriti, integrasi tanaman pangan, hingga manajemen pemasaran produk peternakan.
Dalam kesempatan ini, Kabid SDA dan Teknologi Balitbang Jatim, Dra Asri Harijati Med PhD mengatakan, usaha seperti ini memang cocok untuk UMKM. “Hal ini bisa menjadi tantang terbesar Jatim untuk bisa mengekpor lebih telur itik dan entog ke luar Jatim,” katanya.
Ditempat yang sama, peneliti Balitbang tersebut memberikan sample contoh telur itik dan entog melalui proses pemindangan. Hasilnya, ketika dimakan, maka telur terasa tidak terlalu asin namun tetap masir serta lebih sehat. [rac]

Tags: