Potret Buram Evaluasi dalam Pendidikan Nasional

Izna Nur RahmahOleh :
Izna Nur Rahmah
Penulis adalah reporter magang koran kampus BESTARI UMM

‘Orang-orang besar tidak dilahirkan. Mereka ditempa, diukir, dan dipersiapkan oleh pendidikan yang baik” (Mohammad Fauzil Adhim)
Rasanya tidak ada yang menafikan arti dan makna penting pendidikan. Hampir semua orang akan sepakat bahwa pendidikan itu memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Orang hebat dan berhasil pastilah dirinya lebih dahulu ditempa, diukir dengan segala macam proses pendidikan, kegagalan bukan menjadi sebuah hal menakutkan untuk dilewati, karna pada intinya pengalaman dari sebuah kegagalan lah yang akan membuat kehidupan seseorang terpacu untuk bangkit lagi.
Pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi sebagian besar masyarakat. Sebab, pendidikan diyakini akan mampu memberikan gambaran masa depan yang lebih cerah.  Suatu hal yang menjadi keniscayaan dalam melihat dunia pendidikan adalah bahwa dinamika pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan telah berlangsung sedemikian cepat. Pertumbuhan dan perkembanganya tidak akan mampu dikejar kecuali oleh orang yang memiliki semangat untuk belajar. Hanya murid yang memiliki semangat untuk belajar dengan gigih saja yang akan mampu menjadi manusia unggul. Jika setiap sekolah mampu mencetak murid unggul ditiap lulusanya, rasanya kemajuan bangsa akan semakin cepat
Aspek penting dalam belajar dan pembelajaran adalah evaluasi atau peniaian, evaluasi dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar saja namun juga terhadap proses pengajaran itu sendiri. Sudah menjadi tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk didalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
Mencerdaskan anak bangsa adalah tugas bersama, bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, orang tua ataupun lembaga dan institusi sekolah, ketiga element penting tersebut harus bersinergi dalam mewujudkan tujuan nasional yaitu mencerdaskan anak bangsa.
Namun pada praktiknya, masih saja kerap terjadi beberapa permasalahan berkenaan dengan implementasi evaluasi pembelajaran yang terus bermunculan, seperti yang terjadi belakangan ini adalah guru menaikan nilai raport hasil belajar siswa dengan tujuan agar siswanya dapat tuntas semua dalam mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Namun, nyatanya masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Sehingga nilai yang diterima siswa bukanlah hasil belajar siswa itu sendiri tapi hasil ngaji atau ngarang biji dari guru tersebut. Hal tersebut mudah ditemukan diberbagai institusi pendidikan di negara ini, dengan pola seperti itu, anak didik tidak disiapkan dengan pendidikan yang baik, namun disiapkan untuk memalsukan kompetensi diri lewat serangkaian nilai yang bukan cerminan pribadi siswa.
Pada hakikatnya tujuan utama dilakukanya sebuah penilaian adala untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta didik terhadap produk bahasan yang pendidik terapkan, namun dengan keadaan yang demikian tujuan tersebut sama sekali tidak tercapai. Cara mengantisipasinya seperti apa? Menurut hemat penulis, guru harus mampu transparan dan benar-benar mengenal potensi siswa serta melejitkan potensi tersebut diarahkan untuk mencapai prestasi yang membanggakan.
Belum lagi permasalahan evaluasi belajar dilihat dari sisi orang tua, ketika beberapa  orang tua memberikan sumbangan kepada pihak-pihak tertentu dalam sekolah agar anaknya naik kelas meskipun nilai nya jelek dan belum tuntas jika dibandingkan dengan KKM yang telah ditetapkan. Faktor utama penyebab terjadi kasus suap menyuap dalam dunia pendidikan adalah gengsi yang menimbulkan rasa ketidaksiapan orang tua terhadap nilai anak yang tidak memuaskan.
Orang tua memegang peranan penting untuk menunjang pembelajaran di rumah, madrasatul ula istilah tersebut nampaknya sudah tak asing lagi dikalangan pendidik ataupun calon pendidik nantinya. Keluarga sebagai sekolah utama yang wajib memberi iklim edukasi di tengah-tengah suasana hangat keluarga. Pembekalan kejujuran dan tanggung jawab juga sangat penting, karna dari situlah sifat orang tua akan di tiru oleh anaknya,
Berkaitan dengan hal tersebut, lembaga pendidikan sebagai penyedia fasilitas sarana dan prasarana sekolah pun tak luput dari sebuah kesalahan dalam sistem evaluasi belajar ini, banyak diantara lembaga pendidikan yang tidak memiliki pembaharuan program yang disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan sehingga program yang ada dilembaga hanya program yang dahulu telah terlaksana dan kemudian dilaksanakan lagi, padahal seharusnya terdapat pembaharuan-pembaharuan program yang lebih efektif yang sesuai dengan hasil belajar Standar Nasional yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Undang-Undang No.20/2003 pasal 58 ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional secara gamblang dijelaskan bahwa evaluasi peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Evaluasi pendidikan akan berjalan sistematis sesuai dengan amanah undang-undang manakala semua element masyarakat baik dari orang tua, pendidik maupun lembaga pendidikan dapat mensinerginakan tujuan, menjalin komunikasi yang dinamis serta saling mendukung dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.
Orang tua harus selalu mengarahkan, memantau anaknya dalam belajar, pendidik pun harus terampil dalam melaksanakan penilaian serta mengetahui prestasi siswa setelah melakukan proses pembelajaran, pendidik dituntut untuk jujur, transparan, mengembangkan alat-alat penilaian untuk evaluasi peserta didik . Bagi lembaga pendidikan harus mampu mengoptimalkan fungsi manajerial serta mengorganisasikan alat evaluasi yang layak, pihak sekolah harus terus menggali informasi kepada instansi pemerintah untuk membuat pelatihan peningkatan kompetensi guru dalam mengembangkan alat evaluasi. Dengan demikian anak-anak bangsa yang kelak akan mengharumkan nama Indonesia akan menjadi orang besar yang terlahir dari proses pendidikan yang baik.

                                                                                                         ——————— *** ———————

Tags: