Potret Pancasila Sakti

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, baru saja berlalu. Sekaligus bukti dukungan seluruh rakyat Indonesia. Walau harus diakui masih terdapat sekelumit minoritas radikal masih berupaya mengganti Pancasila. Tak terkecuali kalangan PNS (Pegawai Negeri Sipil), dan intelektual masih ada yang “berkomplot” mengubah dasar negara. Juga terdapat penafsiran Sila Pancasila secara sepihak, menyimpangi pemahaman umum. Tetapi “musuh” Pancasila bukan harus dibasmi, melainkan bisa dibina.

Pembinaan ke-Pancasila-an, terutama wajib dilakukan seluruh penyelenggara pemerintahan. Yakni, Pancasila menjadi timbangan seluruh kebijakan pemerintahan. Terutama akse terhadap keadilan ekonomi sesuai sila ke-5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia). Juga penegakan hukum sebagai potret sila ke-2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab). Serta seluruh kebijakan pemerintah wajib dijamin tidak menimbulkan kegaduhan sosial, yang bisa menyimpangi sila ke-3 (Persatuan Indonesia).

Seluruh kebijakan pemerintah wajib “berasa” Pancasila. Bukan sekedar orasi, narasi dan dokumen regulasi. Namun realitanya, masih banyak penyelenggara negara terjebak pragmatisme politik, dan kekayaan. Kasus dana Otsus (Otonomi khusus) Papua sebesar Rp seribu trilyun, menjadi bukti pengingkaran Pancasila (sila ke-5). Rakyat Papua (dan Papua Barat) tetap miskin. Paling tertinggal. Bahkan penegakan hukum, menangkap (tersangka) koruptor di Papua, bagai disandera politik ke-suku-an.

Begitu pula jabatan publik (politik) masih menjadi “tambang uang” politisi busuk. Sangat banyak Menteri masuk penjara. Juga Kepala daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) terjebak rente suap dan gratifikasi. Kalangan DPR, dan RPRD (propinsi serta kabupaten dan kota) banyak pula yang masuk bui karena berkait pelaksanaan APBN, dan APBD. Di depan televisi, banyak politisi bernarasi kata-kata buruk. Sehingga menuai kritik tajam (sampai “disumpahi”) netizen di media sosial.

Sangat banyak politisi menyimpangi sila ke-4 Pancasila, tentang sistem demokrasi. Padahal sile ke-4, nyata-nyata mengajarkan berdemokrasi dengan visi “… hikmah kebijaksanaan.” Maka wajar, citra parlemen (DPR) masih tetap paling rendah diantara Lembaga Negara. Berdasar survei Litbang Kompas (memperingati Hari Parlemen Nasional 2021), indeks citra sebesar 55% (terendah kedua). Sama buruk dengan citra partai politik (55%). Nilai citra tertinggi diperoleh TNI (93%). Disusul Polri (77%).

Tetapi setelah kasus Sambo, citra Polri merosot tajam menjadi 54%. Kasus Sambo, seolah membuka lebar keburukan Polri sebagai penegak hukum. Terutama isu berkait “Konsorsium 303” yang dipimpin “Kaisar” Sambo, melibatkan banyak nama perwira Polri. Padahal sesungguhnya telah diukir prestasi cukup cemerlang dalam pemberantasan terorisme. Serta pengawalan penanganan CoViD-19 di seluruh daerah.

Selama ini Polri dipercaya memimpin BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), dengan hasil sangat baik. Meng-gebuk gerakan terorisme dan radikalisme. Harus diakui, tidak mudah menanggulangi radikalisme “kiri,” dan “kanan” dengan berbagai akar permasalahan. Sehingga memerlukan strategi berbeda. Hingga kini Polri (dan TNI), belum berhasil meng-gebuk terorisme di Papua (yang berkedok altar separatisme).

Musuh Pancasila memang biasa plin-plan, membonceng asas demokrasi (kerakyatan) yang dijamin Pancasila. Juga ingin mengubah konstitusi (UUD, Undang-Undang Dasar) dengan berlindung di balik UUD pasal 28E ayat (3). Namun karena tidak sesuai Pancasila pula, setiap gerakan radikalisme (ekstremitas “kiri” dan “kanan”) selalu berakhir kegagalan. Tidak terkecuali kelompok yang memperoleh kekuatan politik cukup besar. Serta memiliki jaringan trans-nasional.

Radikalisme “kanan” maupun ekstremitas “kiri” akan selalu memperoleh perlawanan sengit mayoritas rakyat. Beberapa kali Pancasila mengalami percobaan pergantian dengan idiologi lain. Tetapi kesaktian Pancasila, bukan hanya sukses pada ujian percobaan penggantian dasar negara. Melainkan wajib terwujud sebagai potret keseharian menuju cita-cita proklamasi.

——— 000 ———

Rate this article!
Potret Pancasila Sakti,5 / 5 ( 1votes )
Tags: