Potret Warga di Bawah Kolong Jembatan Dupak

Akrab Hidup dalam Keterbatasan, Serbu Pengobatan Gratis oleh Kesira
Kota Surabaya, Bhirawa
Kota Surabaya sebagai Kota Metropolitan menyisakan warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Salah satunya komunitas warga yang hidup  di bawah kolong jembatan Dupak.  Kehidupan keras dan penuh keterbatasan terpaksa mereka lakoni selama bertahun-tahun.
Di tengah hingar bingar ribuan kendaraan yang lalu lalang, ratusan gedung mewah bertingkat serta taman yang tertata apik yang menyerap anggaran miliaran rupiah dari APBD, ternyata masih tersisa kehidupan masyarakat di Surabaya yang sangat mengenaskan. Betapa tidak, sejumlah orang masih hidup di bawah jembatan tol Dupak  serta mengandalkan air sungai yang tercemar untuk mandi, mencuci hingga buang kotoran. Tak ayal hampir sebagian masyarakat di sana yang rata-rata bermata pencaharian sebagai pengemis, pengamen hingga pemulung terserang penyakit kulit yang menular.
Sartini (69) sebut saja begitu mengaku punya anak sembilan dan sebagian yang sudah dewasa memilih menjadi pemulung botol bekas bersama dirinya. Diakui sebenarnya dia telah memiliki rumah tidaklah besar di Pasuruan. “Sebenarnya saya sudah punya rumah kecil di Pasuruan dari hasil bekerja sebagai pemulung di Surabaya dan rumah tersebut saya kontrakan. Pasuruan adalah asal usul kami dan suami. Kalau saya sudah tidak kuat lagi bekerja, saya akan kembali ke Pasuruan,”akunya yang mengaku sudah 15 tahun hidup di kolong jembatan tol Dupak belum lama ini.
Sementara untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan buang kotoran semua jadi satu dengan menggunakan air yang ada yaitu air sungai yang tercemar. Kalaupun ada yang membuat sumur, maka air yang didapatkan dari sungai tercemar pula. ”Tak heran jika warga di sini banyak yang terkena penyakit kulit menular,”akunya.
Melihat kenyataan ini sekaligus untuk membantu pengobatan bagi mereka yang jarang ke rumah sakit, yayasan Kesehatan Indonesia Raya (Kesira) bersama Kerukunan Keluarga Sulawesi Utara di  Surabaya (K2Sulut) mengadakan acara bakti sosial (baksos) berupa pengobatan gratis. Acara tersebut menyasar kawasan 1.001 malam, Morokrembangan, yang berada tak jauh dari kawasan kumuh bawah jembatan layang.
Menyasar sekitar 200 warga yang tinggal di kawasan padat penduduk tersebut, acara ini dimulai dengan pemeriksaan kesehatan oleh dokter. Selanjutnya, warga akan mendapatkan pembagian obat secara gratis.

Tags: