PPKM Mikro di Kota Malang, Kunjungan Wisata Menurun Drastis

Kampung Tridi dan Kampung Warna warni Malang kini sepi pengunjung.

Kota Malang, Bhirawa
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Malang Raya berdampak pada kunjungan wisata. Di Kota Malang, kunjungan wisatawan di kampung tematik menurun drastis. Di kampung Tridi (3D) Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing Kota Malang misalnya. Ketua RW 12, Adnan, Kamis (18/2) kemarin menuturkan, jika pada kondisi normal rata-rata kunjungan wisatawan mencapai 300 orang lebih, namun saat ini rata-rata hanya 10 sampai 20 orang wisatawan lokal per hari. “Kalau wisatawan asing memang masih tidak bisa datang ke Indonesia,” kata Adnan.

Menurunnya kunjungan wisata itu juga berdampak pada sektor perekonomian warga. Pasalnya, sebagian warga membuka usaha dengan segmentasi wisatawan, mulai dari berjualan makanan, minuman, hingga cindera mata. Segmentasinya adalah wisatawan.

Di kampung tematik ini, ada sekitar 40an warga yang membuka usaha warung. “Warung tidak tutup, karena memang semua sudah punya usaha. Karena tidak ada wisatawan, warung makanan milik warga jadi sepi. Dampak ekonomi memang besar, yang bertahan buka hanya melayani orang kampung,” ujarnya.

Meski jumlah kunjungan menurun drastis, namun warga sebagai pengelola kampung Tridi tetap mencoba bertahan. Salah satunya tetap buka namun menerapkan protokol kesehatan secara ketat. “Para pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan mencuci tangan. Kalau ada pengunjung yang berkerumun ya kita tegur. Warga disini juga disiplin menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Warga pengelola juga tetap berupaya melakukan perawatan kampung wisata. Meskipun pendapatan warga dari tiket masuk tidak sebanding dengan biaya operasional. “Sebenarnya kalau untuk perawatan catnya masih disponsori oleh pabrik. Tetapi untuk biaya keseharian dan perbaikan fasilitas jadi kendala, kami antisipasi sedikit demi sedikit, diperbaiki yang rusak karena keterbatasan dana,” tuturnya.

Untuk masuk ke salah satu kampung tematik ini, pengunjung hanya perlu membayar tiket senilai Rp 5 ribu per orang. Nantinya setiap pengunjung mendapatkan satu cindera mata berupa gantungan kunci khas kampung Tridi. Selain rumah warga yang dicat warna-warni pengunjung juga bisa menikmati aneka gambar 3D. Kampung ini juga terhubung dengan Kampung Warna-Warni karena terdapat jembatan kaca yang melintas di atas sungai Brantas.

Juwita Nur Herawati salah seorang pengunjung asal Nganjuk, mengaku baru pertama kali datang ke kampung tematik tersebut. Namun ia merasa tidak khawatir meski berwisata di tengah pandemi Covid-19 asalkan disiplin menerapkan protokol kesehatan. “Tempatnya menarik untuk dikunjungi. Saya merasa aman karena protokol kesehatannya diterapkan, ada tempat cuci tangan, pengunjung juga sudah memakai masker,” pungkasnya.

Ketua RW 02 Kelurahan Jodipan, Kampung Warna-warni, Soni Parin mengatakan, sejak pandemi jumlah kunjungan menurun termasuk pada hari libur. Efek dari minimnya jumlah kunjungan, pelaku usaha mikro kecil (UMKM) banyak yang tutup sementara, karena tidak ada pembeli. “Ada pandemi suram sekali, pengunjung sepi. Pengunjung normal ya sekitar 200 sampai 400 orang per hari. Sekarang mentok itu sekitar 50 orang per hari paling ramai segitu selama pandemi,” kata Soni Parin.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni menyebut untuk bulan Januari masuk kategori okupansi rendah. Selain pandemi musim okupansi rendah juga mempengaruhi. Mereka kini membuat program pemulihan wisata dengan menyiapkan stimulus dana agar masing-masing kampung tematik membuat event-event wisata sebagai media promosi. “Selain karena masih pandemi, memang untuk bulan Januari 2021 masuk low season ya. Nanti kita akan berikan stimulus agar kampung tematik membuat event-event wisata sebagai media promosi,” kata Ida Ayu.[mut]

Tags: