Pra Forum UCLG, Risma Pamer Keberhasilan Surabaya Kelola Lingkungan

Wali Kota Tri Rismaharini saat menghadiri acara pra forum United Cities Local Goverment (UCLG) Aspac yang digelar di Gedung Dyandra Convention Hall, Rabu (12/9). [trie diana/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembicara di empat sesi pra forum United Cities Local Goverment (UCLG) Aspac yang digelar di Gedung Dyandra Convention Hall, Rabu (12/9). Dalam setiap forum itu, peserta yang ikut dan tema pembahasannya berbeda-beda.
Di sesi atau forum pertama, Wali Kota Risma berbicara tentang tema perubahan iklim. Pada tema ini, ia menjelaskan tentang penurunan suhu yang terjadi di Kota Surabaya.
Awalnya, suhu Kota Surabaya berkisar di antara 34-36 derajat celsius. Saat itu pula, kondisi Surabaya masih kotor dan panas. Bahkan, saat itu Surabaya mengalami permasalahan dalam bidang sampah karena TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah ditutup paksa oleh warga.
“Kini, suhu di Surabaya sudah turun 2 derajat celsius, karena kami banyak membangun taman dan juga hutan kota, termasuk pula berbagai program lingkungan, seperti car free day dan berbagai program lainnya,” kata Wali Kota Risma dalam sambutannya di depan pemerintah daerah dan akademisi di Asia Pasifik dalam tranning event bertema perubahan iklim.
Bahkan, Wali Kota Risma mengaku setiap tahunnya, Pemkot Surabaya membangun 10-20 taman di berbagai titik di Kota Surabaya. Setiap tahun, pemkot juga membangun 2 lokasi hutan kota dan setiap tahunnya ada 10-15 lapangan olahraga dibangun di berbagai titik di Kota Surabaya.
“Kami juga sedang menggarap Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia. Kami juga terus melakukan revitalisasi sungai, sehingga inilah yang berpengaruh pada penurunan suhu di Surabaya,” tegasnya.
Dalam forum itu, Wali Kota Risma menjelaskan tentang wilayah Kota Surabaya yang mana 50 persennya terdiri dari perkampungan. Saat awal-awal menjabat, kondisi perkampungan di Surabaya identik dengan kumuh dan banyak anak-anak yang tidak berpendidikan serta banyak penyakit menular.
“Tapi kini sudah berubah. Kampung menjadi potensi terbesar kami, karena saat ini kondisinya sudah bersih dan bisa mengolah sampah secara mandiri. Setelah itu, mereka menanam pohon di kampung-kampung mereka, sehingga saat ini penyakit di perkampungan juga menurun drastis,” tegasnya.
Di forum lain, Wali Kota Risma menyampaikan pembahasan tentang tema penanganan bencana. Menurut dia, di awal-awal menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, orang selalu mengeluhkan tentang panas dan banjir di mana-mana, sehingga dia pun langsung bergerak secepat mungkin. “Saat ini tinggal 2-3 persen saja yang banjir,” katanya.
Pengalaman banjir tersebut, lanjut dia, memberikan pelajaran tersendiri bagi Pemkot Surabaya, sehingga para petugas yang tidak bisa menyelam, langsung diberi pelatihan. Pemkot pun juga melatih masyarakat dalam penanganan bencana, sehingga mereka siap ketika sewaktu-waktu ada bencana.
Dalam penanganan bencana ini, Wali Kota Risma juga tidak lupa dengan inovasi Command Center 112 yang ada di Gedung Siola. Di CC 112 ini, tidak hanya menolong apabila ada bencana, karena di sini juga ada psikolognya yang siap membantu masyarakat.
Di forum yang lainnya Wali Kota Risma menjelaskan tentang berbagai inovasi yang telah dilakukan oleh Pemkot Surabaya selama kepemimpinannya. Saat itu, ia menjelaskan tentang pembayaran Suroboyo Bus dan bus bertingkat yang menggunakan sampah botol plastik.
Selain itu, Pemkot Surabaya saat ini sedang membuat matras dari sampah sandal jepit yang dipotong-potong. Sampah itu kemudian dijadikan jogging track, sehingga masyarakat yang lari di atas jogging track itu tidak sakit. [dre]

Tags: