Presiden Tegaskan Tak Ada Kompromi Bagi Radikalisme

Presiden JokowiJakarta, Bhirawa
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam moderat sehingga tidak akan memberikan kompromi dalam bentuk apapun bagi paham radikalisme dan ekstrimisme.
“Sebagai negara Islam moderat Indonesia tidak ada kompromi dengan radikalisme dan ekstrimisme,” kata Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/4) kemarin.
Ia mengatakan di mana pun titik-titik yang dianggap rawan menjadi embrio bagi berkembangnya paham radikalisme maka harus dilakukan pendekatan dari berbagai sisi terutama dari sisi keamanan.
Hal itu, kata dia, penting untuk mengantisipasi paham-paham tersebut menjalar di lingkungan masyarakat hingga dikhawatirkan semakin laten dan berbahaya.
“Di mana pun titik-titik yang kita anggap menjadi embrio berkembangnya paham radikalisme harus dilakukan pendekatan keamanan dan budaya. Jangan dibiarkan tumbuh,” katanya.
Menurut dia, Indonesia banyak diuntungkan dengan keberadaan organisasi masa, organisasi Islam moderat, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas yang mengajarkan Islam sesungguhnya yang tolerans, cinta damai, dan penuh dengan sopan santun. Sebab ia berpendapat pemberantasan bagi paham yang menyesatkan dan rawan mendatangkan aksi teror bukan semata tanggung jawab pemerintah tapi seluruh lapisan masyarakat.
“Bukan hanya (tanggung jawab) pemerintah, tapi juga masyarakat termasuk organisasi Islam moderat, organisasi masa seperti NU. Kita dapat banyak keuntungan dari keberadaan mereka, kalau negara lain akan sulit membendungnya, kita lihat mereka kesulitan,” katanya.
Kepala Negara menjelaskan sampai saat ini, Indonesia justru banyak dinilai oleh negara-negara di Timur Tengah khususnya sebagai negara yang telah mampu menyelesaikan persoalan radikalisme dan ekstrimisme dengan pendekatan yang berbeda.
“Paham-paham radikalisme ekstrimisme semua negara mengalami. Alhamdulillah kita dilihat sebagai sebuah negara yang mampu menyelesaikan itu dengan pendekatan yang berbeda bukan hanya dengan pendekatan keamanan tapi juga budaya,” katanya. [ant.ira]

Tags: