Prestasi KIR Jadi Branding SMA Negeri 3 Sidoarjo

Era Sukowati Aisya – Ihya’ Ulumuddin Ar-rayyan dan guru pembimbing Endang Susilawati menunjukkan penghargaan yang telah diterima dari OPSI 2018.

Sidoarjo, Bhirawa
Istilah Karya Ilmiah Remaja (KIR) sudah tidak asing lagi bagi kalangan remaja, khususnya remaja/pelajar tingkat SMP dan SMA hingga mahasiswa. Karena bisa membentuk karakter siswa secara langsung. Oleh karena itu, KIR menjadi branding SMA Negeri 3 Sidoarjo.
“Masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya mengenal SMA N 3 Sidoarjo adalah dari karya ilmiahnya. Meskipun prestasi akadamik dan non akademik juga sudah banyak sekali. Karena sudah dikenal masyarakat adalah KIR itu, maka kami brandingkan sekalian,” jelas Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo Eko Redjo Sunariyanto, S.Pd M.Pd saat ditemui kemarin (6/12).
Ia menuturkan, jika masyarakat/orangtua ingin memasukkan sekolah anaknya, dan berkeinginan agar anaknya bisa berprestasi dalam bidang olahraga. Mereka langsung menuju ke sekolah ‘A’ dan jika ada orangtua yang ini memasukan sekolah anaknya yang bisa berkarya dan bisa menulis ilmiah, maka langsung yang dituju adalah SMA Negeri 3 Sidoarjo.
Menurutnya, potensi siswa dalam berkarya ilmiah sangat besar sekali. Karena input siswa sekarang sudah siap diajak mikir yang lebih sulit dan lebih maju. Maka dari itu, dengan kondisi yang seperti itu, sekolah juga harus memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai pula. Diantaranya dengan menghadirkan pembimbing yang mumpuni, yakni Slamet Budi Tjahjono dosen Universitas Brawijaya Malang, kebetulan rumahnya di Sidoarjo.
“Hari Sabtu yang kebetulan hari libur dimanfaat oleh anak-anak untuk melakukan riset atau penelitian, keagamaan, termasuk kegiatan sosial dengan membagi-bagikan nasi bungkus kepada warga yang menunggu saudaranya sakit/obname di rumah sakit. Jadi, kegiatan hari Sabtu itu dipakai anak-anak untuk eksplorasi semuanya,” jelas Ekor Redjo yang pernah meraih penghargaan sebagai guru berprestasi.
Prestasi KIR tahun terakhir ini yang membanggakan di antaranya adalah Juara II OPSI (Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia) yang dilaksanakan oleh Kemendikbud. Mereka yang mendapatkan juara adalah Era Sukowati Aisya dan Ihya’ Ulumuddin Ar-rayyan, dengan melakukan penelitian penggunaan bahan ragi untuk meningkatkan pertumbuhan bandeng.
Siswi kelahiran Kediri, 22 Februari 2001 itu menceritakan, ide penelitian tersebut muncul saat mereka berkunjung ke Desa Kalanganyar, Sidoarjo. Di sana mereka bertemu salah seorang petambak bandeng.
“Orang tersebut mengeluhkan hanya bisa panen bandeng dua kali dalam setahun, hasilnya juga kurang maksimal,” jelasnya.
Dari situlah dirinya terus melakukan percobaan selama 14 hari memberi makanan bandeng A, dengan pakan yang sudah dicampur bahan ragi/probiotik serbuk. Sementara itu, pakan bandeng B tidak dicampur ragi.
Hasilnya, panjang bandeng yang diberi makan dengan campuran ragi bisa mencapai 1,48 cm. Yang tidak pakai ragi hanya sepanjang 0,94 cm. “Beratnya juga naik. Yang diberi probiotik naik 4,2 persen. Yang tidak diberi ragi hanya naik 2,63 persen,” ungkap siswi kelas XII IPA 5 ini.
Waka Kesiswaan SMA Negeri 3 Sidoarjo Drs Hendri Joelianto, M.Pd menambahkan karya-karya lain yang pernah meraih, adalah juara Engineering Physics for Enviromental Innovation (Epsilon) UGM 2017, berkat penelitian biobaterai dari cangkang telur asin dan daun ketapang.
Mereka pernah menjadi runner-up dalam ITB Insight 2017 berkat alat penetas telur tenaga surya.
Ia katakan, bahwa proses pembinaan yang dilakukan di sekolah adalah tidak hanya dengan mendatangkan pembimbing dari luar sekolah, tetapi juga dengan melibatkan kakak-kakak kelasnya merangkul adik kelasnya. Dengan melibatkan kakak, anak-anak kelas X tidak akan minder lagi.
“Justru mereka lebih semangat. Itulah program regenerasi yang kita lakukan, terus berkesinambungan. Jika kegiatannya memerlukan biaya yang besar, kami menghadirkan orangtua untuk mencarikan solusinya, agar pretasinya tidak berhenti di tengah jalan,” jelas Hendri Joelianto.

Eko Redjo Sunariyanto, S.Pd M.Pd

Menjadikan Riset sebagai Budaya Baru
Setelah kran dibuka untuk melakukan kegiatan, bahkan KIR ini sebagai ‘Budaya Baru’ di sekolah, tentu saja para siswa banyak juga yang melakukan riset atau penelitian.
Dari situlah menurut Eko Redjo Sunariyanto, bahwa efek dari branding ini juga cukup bagus. Selain penghargaan di tingkat nasional, juga para guru dan siswa yang samangat ini sering mendapatkan penghargaan ke luar negeri.
Di antaranya, Raka siswa kami ini juga mendapatkan penghargaan ke Jepang dalam program hubungan kerjasama Indonesia-Jepang, begitu juga Bu Rizky yang juga lolos seleksi ikut ke Jepang yang diselenggarakan Jepang Foundation.
Terus ada lagi Bu Evi juga lolos seleksi ikut ke Jerman, ada juga yang ke Korea serta Malaysia. Itulah efek karya ilmiah yang telah menjadi branding di masyarakat.
“Jadi semuanya semangat, siswanya semangat, gurunya semangat, pembimbingnya juga semangat, dan harapan saya bisa menjadi ‘Budaya Baru’. Terbukti proposal setiap hari selalu ada, kami yang bingung bagaimana untuk membiayainya,” pungkas Eko Redjo yang pernah mengikuti pertukaran guru di Australia. [ach]

Tags: