Pria Tunanetra asal Mojokerto Belajar Enam Tahun Hingga Hafal Alquran

Syroqi Nur Muhammad Limi’roji, yang akrab disapa Gus Roqi (kanan) sedang mendengarkan lantunan ayat suci Alaseuran di pondok tempatnya mengaji.[ kariyadi/bhirawa. ]

Kab Mojokerto, Bhirawa
Seorang pria asal Mojokerto ditakdirkan tak bisa melihat apapun, namun ternyata dikaruniai Allah SWT dengan kemampuan yang luar biasa. Dia adalah isyroqi Nur Muhammad Limi’roji, yang akrab dipanggil Gus Roqi yang sejak kecil sudah tak bisa melihat alias tunanetra. Dia hanya mendengarkan dan menirukan lafadz Alquran dari sang ibu, kini dia sudah hafal Alquran 30 jus. Untuk menjadi penghafal Alquran ini, pria yang akrab disapa Gus Roqi ini butuh waktu belajar selama enam tahun.
Waktu itu, sekitar pukul 16.00 WIB. Suasana Ramadan sangat terasa di sebuah Pondok Pesantren Hidayatul Hidayah di Desa Mojogeneng, Kec Jatirejo, Kab Mojokerto. Santriwan santriwati nampak berbondong memegang dengan membawa Alquran untuk menyegerakan mengaji. Namun, ketika itu, pandangan tertuju pada seorang pemuda berusia 18 tahun. Tanpa didampingi siapapun, ia berjalan seperti orang pada umumnya, menuju sebuah gubuk di tengah tengah asrama Al Qurtubi. Meski ia sebenarnya tak bisa melihat. Dia nampak hanya mengandalkan indra pendegaran mengarah pada sumber suara.
“Saya seperti ini sejak saya lahir. Namun saya bercita-cita bisa meneruskan perjuangan ayah saya, almarhum Syaifudin Yahdib yang meninggal dua sejak 2005 silam,” ujarnya.
Kondisi Gus Roqi ini sama dengan almarhum ayahnya, almarhum Syaifudin Yahdi. Karena keterbatasan fisiknya itu, dia tak pernah mengenyam pendidikan formal. ”Saya menghafal Alquran sejak usai delapan tahun sampai usia 14 tahun. Jadi, butuh waktu selama enam tahun untuk hafal 30 juz,” kata Gus Roqi.
Gus Roqi bercerita, selam enam tahun menghafal Alquran dia hanya didampingi sang ibu. Mustafridah (44) yang juga hafal Alquran dengan telaten dan sabar melantunkan setiap ayat kitab suci umat Islam itu. Setiap ayat yang dilantunkan ibunya, itulah yang ditirukan Gus Roqi sampai benar-benar hafal dan fasih pelantunannya. Metode hafalan kitab suci ini diterapkan ibunya setiap hari selama enam tahun lamanya. Rata-rata dia menghabiskan waktu 15 hingga 30 menit setiap harinya untuk menghafal setiap ayat Alquran.
“Selama proses menghafal Alquran itu saya belum hafal huruf – huruf hijaiyah karena tidak bisa membaca Alquran. Oleh sebab itu saya tidak menggunakan Alquran braille,” ungkapnya.
Sewaktu menghafal Alquran, Gus Roqi anak kedua dari pasangan almarhum Syaifudin Yahdi dan Mustafridah tak pernah patah semangat. ”Sebenarnya diberi waktu dua tahun untuk menghafal Alquran, Namun karena kondisi dan dicampur rasa malas, akhirnya molor hingga enam tahun,” terangnya sambil tersenyum.
Gus Roqi menuturkan, menghafal Alquran tidak sepenuhnya menjadi keinginannya. Menurutnya, ibunyalah yang bersikeras mengajarinya untuk menghafal kitab suci. Keinginan keras sang ibu semata-mata untuk menjalankan wasiat ayahnya sebelum meninggal dunia akibat penyakit liver Januari 2005 silam.
“Kalau saya pribadi menghafal Alquran untuk Allah SWT. Juga untuk membanggakan orang tua sekaligus meneruskan perjuangan almarhum abah saya,” pungkasnya. [kar]

Tags: