Prihatin Pendidikan di Madura

Aliadi

Aliadi

Masih banyaknya angka putus sekolah sekaligus rendahnya jumlah lulusan SMA/SMK di Madura membuat Aliadi trenyuh. Selama ini pemerintah dinilai anggota DPRD Jatim periode 2014-2019 ini  kurang memberikan perhatian terhadap pelaksanaan pendidikan di Pulau Garam. Khususnya untuk tenaga pengajar, di Madura sangat minim.
Namun sejalan dengan berjalannya waktu, pria asli Sampang ini mengaku sedikit terhibur dengan kebijakan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo yang memberikan bantuan untuk BOS Madin. Mengingat hampir 90 persen, pendidikan di Madura dilaksanakan di Pondok Pesantren (Ponpes). ”Hal inilah yang membuat pendidikan di Madura tidak dapat berkembang pesat. Untuk itu selain diberikan bantuan BOS Madin, saya berharap pemerintah juga memberi tenaga pengajar yang profesional sehingga pendidikan di daerah itu dapat sejajar dengan kota-kota lainnya di Jatim,”tambahnya.
Menurutnya, dia sudah berjuang saat duduk di Komisi C DPRD Kab Sampang. Namun dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Pemkab Sampang membuat pendidikan di daerah ini tidak dapat berjalan optimal. Ini karena APBD Kab Sampang yang hampir Rp 2 triliun harus membiayai beberapa program pembangunan seperti pembangunan infrastruktur.  “Karena beratnya beban yang harus dipikul Kab Sampang, kami akan berjuang mendapatkan bantuan dari APBD Jatim untuk meningkatkan pendidikan di Sampang,”tambahnya.
Tidak sampai di situ saja, menurut Aliadi, pelayanan kesehatan di Madura juga jauh dari harapan. Tak heran banyak penduduknya berbondong-bondong ke Surabaya khususnya ke RSUD Dr Soetomo untuk berobat. “Pelayanan kesehatan di Madura kurang memadahi. Selain itu tenaga medisnya juga sangat terbatas. Sudah saatnya Pemprov Jatim memikirkan masalah layanan kesehatan di Madura,”tegasnya. [cty]

Rate this article!
Tags: