Prihatin Rebutan Vaksin

Agatha Retnosari ST

Agatha Retnosari ST
Akhir-akhir ini sering terjadi keributan soal habisnya vaksin Covid-19 untuk dosis kedua. Kondisi ini mengundang keprihatinan anggota DPRD Jatim dari Fraksi PDI Perjuangan, Agatha Retnosari ST. Menurutnya, apa yang terjadi itu tidak hanya manusiawi tapi juga melecehkan akal sehat publik.
“Penggunaan sistem berebut antrean sejak pagi bukan hanya tidak manusiawi, tapi juga melecehkan akal sehat publik. Mengingat penggunaan teknologi sudah semakin masif di kalangan warga. Untuk itu, saya mendesak pemerintah daerah untuk cepat tanggap melakukan antisipasi agar kejadian ini tak terulang,” ujar Agatha, saat dikonfirmasi, Rabu (4/8).
Dia mengatakan, penggunaan teknologi informasi (TI) sudah ada dan tersedia. Untuk pelaksanaan vaksinasi dosis kedua, otomatis basis data sudah tersedia berdasarkan pelaksanaan vaksinasi dosis pertama. Warga bisa dikonfirmasi melalui SMS/WhatsApp dengan pengaturan oleh Dinas Kesehatan melalui Puskesmas.
Mengingat saat ini stok vaksin untuk dosis 2 terbatas, lanjutnya, pihaknya mengusulkan dua aspek untuk mengatur undangan ke warga. Pertama, rentang waktu jadwal pemberian dosis kedua. Jangan sampai warga yang sudah telat 10 hari dari jadwal pemberian dosis kedua, kalah cepat rebutan nomor antrean dengan yang baru telat sehari, hanya gara-gara rebutan nomor antrean di Puskesmas sejak dinihari.
Kedua, jelasnya, gunakan pertimbangan epidemiologi. Misalnya mengutamakan pemberian dosis kedua untuk warga yang berusia 50 tahun ke atas, serta memiliki komorbid sesuai basis data yang dimiliki Dinkes/Puskesmas.
“Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saya yakin sangat memahami soal penggunaan basis data dan instrumen teknologi untuk memudahkan pelaksanaan vaksinasi,” ujar wakil rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan ini.
Dia menegaskan, jangan biarkan rakyat jadi berlomba-lomba tanpa kendali untuk bisa vaksin tanpa melakukan prokes. Agatha juga berharap alokasi vaksin untuk Surabaya bisa disegerakan hadir. Selain itu, ia juga berharap percayakan saja pelaksanaan vaksin di puskesmas-puskesmas atau sentra-sentra vaksin yang tetap.
“Saya mengamati, stock vaksin di puskesmas rata-rata hanya 150-200 tapi di tempat lain, beberapa pihak bisa menjalankan vaksinasi gratis dalam jumlah yang lebih besar. Saya harap pemprov untuk benar-benar memperhatikan hal ini juga,” ungkapnya.
Menurut dia, untuk apa ada sentra vaksin yang lain jika pasokan di puskesmas belum bisa terpenuhi stock permintaannya. Apalagi banyak sekali jatah vaksin kedua yang terpaksa mundur. Dan yang belum vaksin pertama juga tidak bisa vaksin akibat stock di puskesmas yang sangat terbatas.
Penggunaan teknologi ini, katanya, sangat besar artinya karena semua pihak bisa dengan tertib mencari dan mendaftar untuk bisa vaksin, termasuk pilihan jadwal vaksin. Jika hanya diumumkan saja, bahwa akan ada pelaksanaan vaksin tanpa memanfaatkan teknologi agar bisa mengatur antrian dan jumlah peserta maka yang terjadi adalah keributan.
Tambahan lagi, lanjutnya, jika pelaksanaan vaksin di laksanakan di puskesmas atau sentra vaksin yang tetap dengan memanfaatkan teknologi, dapat memudahkan orang untuk melacak sertifikat vaksin, terutama saat terjadi kesalahan input. Jadi jika ada kesalahan input data atau yang lainnya pada sertifikat vaksin selain bisa menghubungi 119 ekstension 9, untuk komplain juga bisa segera datang ke tempat vaksin untuk melakukan perbaikan.
“Karena saat ini saya juga menerima beberapa keluhan warga terkait sertifikat vaksin yang belum ada di sistem satu data dan juga keluhan akibat salah input data atau pun salah input tanggal vaksin,” pungkasnya. [iib]

Rate this article!
Prihatin Rebutan Vaksin,5 / 5 ( 1votes )
Tags: