Produksi Cabai Melimpah Tak Pengaruhi Harga

Petani cabai asal Desa Wringin Anom, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, saat memanen cabai di lahan miliknya

Kab Malang, Bhirawa
Harga cabai rawit di wilayah Kabupaten Malang masih tergolong cukup tinggi, meski sentra produksi cabai rawit disejumlah daerah panen raya. Di berbagai pasar di kabupaten setempat meskipun terjadi penurunan harga cabai, sebesar Rp 4 ribu per kilogram (kg), tapi harga cabai masih cukup tinggi.
Sebelumnya, harga cabai rawit ditingkat grosir Rp 82 ribu kilo kg, turun menjadi Rp 78 ribu per kg. Sedangkan harga cabai dipengecer atau di pasar tradisional harganya lebih tinggi yakni sebesar Rp 90 ribu-Rp 100 ribu per kg.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Malang Nasri Abdul Wahid, Kamis (12/1), kepada wartawan mengatakan, kenaikan harga cabai rawit dipicu faktor psikologis serta dipengaruhi cuaca, padahal produksinya melimpah. Sementara kondisi itu kemudian dimanfaatkan spekulan dengan memainkan harga di pasaran. Akibat hujan, para pedagang berpikir ulang menunda pengiriman cabai ke Jakarta dan berbagai daerah lainnya. dikarenakan takut menderita kerugian, dan cabai menjadi busuk selama dalam perjalanan.
“Kenaikan harga cabai rawit dipasaran, bukan sebagai kapasitas menganalisa harga dari sisi ekonomi, tapi ia memastikan ketersediaan stok atau produksi sangat melimpah. Kalau pun ada tanaman terserang hama dan dampak cuaca, itu pun yang mati hanya 10 persen sampai 15 persen dari produksi 41 ribu ton cabai,” terangnya.
Produksi cabai di Kabupaten Malang, Nasri melanjutkan, sangat melimpah. Dan tanaman siap panen raya, agar memberikan kepastian stok atau produksi yang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Kabupaten Malang. Sedangkan adanya kenaikan harga cabai rawit hingga mencapai ratusan ribu, kita menilai sangat aneh. Sebab, produksi cabai rawit cukup melimpah, dan tingkat konsumsi masyarakat tidak setinggi saat hari raya, tapi harganya justru melonjak. Bahkan, permintaan cabai tidak tinggi dan konsumsi juga stabil, anehnya harga melonjak.
Ia mengatakan, kenyataan di lapangan, petani justru tidak terlalu suka dengan harga yang tinggi karena dampaknya hasil panen bakal tidak maksimal terserap pasar. Akibatnya, banyak cabai yang membusuk, dan otomatis petani akan mengalami kerugian.
“Berdasarkan data produksi cabai rawit selama bulan Desember 2016 yakni sebanyak sebanyak 218,851 kwintal dengan areal panen 2.672 hektar (ha) dan cabai merah besar sebanyak 207,951 kwintal dengan areal panen 1.962 ha,” jelasnya.
Ditegaskan, pada tahun 2017 ini, areal tanaman cabai rawit yang ditanam petani akan bisa menghasilkan produksi mencapai 300 ton. Dengan begitu diharapkan bisa menekan harga hingga menyentuh angka Rp 30 ribu per kg. Namun dengan catatan, pedagang bersedia menyerap produksi cabai rawit itu untuk mencukupi kebutuhan pasar atau setidaknya mempengaruhi psikologi pasar sehingga harga bisa benar-benar turun.
“Analisa harga cabai rawit di grosir fluktuasi sejak Jumat (6/1) yakni dikisaran Rp 75 ribu per kg, cabai merah Rp 13 ribu per kg dan cabai keriting Rp 22 ribu per kg. Dan se-Minggu sebelumnya, harga cabai rawit melonjak menjadi Rp 82 ribu per kg, lantas turun menjadi Rp78 ribu per kg,” ujar Nasri. [cyn]

Tags: