Produksi Cengkeh Menurun Akibat Erupsi Kelud

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Kediri, Bhirawa
Produksi cengkeh para petani di kaki Gunung Kelud (1.731 meter di atas permukaan laut/mdpl), Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, turun, akibat erupsi gunung itu pada Februari 2014.
“Saat erupsi yang lalu, cengkeh sudah mulai berbunga, namun banyak bunga tidak jadi karena terjangan batu dan pasir saat erupsi, sehingga kami tidak bisa panen,” kata Suprapto, salah seorang petani cengkeh di desa itu, Minggu (20/7).
Ia mengatakan cengkeh memang biasanya panen satu tahun sekali. Kuncup bunga mulai terlihat sekitar Februari, dan pada Juni biasanya sudah mulai panen. Hal itu berlanjut sampai Oktober, hingga seluruh cengkeh habis dipanen.
Pihaknya menyebut normalnya satu pohon cengkeh bisa memproduksi cengkeh antara 20-30 kilogram setiap kali dipanen per batang pohon. Namun, karena musibah erupsi Gunung Kelud pada Februari silam, produksi turun drastis, hanya mendapatkan sekitar 5-10 kilogram setiap panen per batang pohon cengkeh.
Ia juga mengatakan tidak berani untuk membeli cengkeh petani lainnya. Selain harga yang diminta petani lain cukup tinggi, sekitar Rp2-3 juta per batang pohon, produksi juga tidak bisa dipastikan.
Terlebih lagi, biaya untuk memanen juga cukup tinggi, mulai petik, membawa cengkeh ke rumah, memisahkan batang cengkeh, sampai penjemuran.
Ia mengkhawatirkan antara biaya yang dikeluarkan dengan penjualan tidak sebanding, sehingga untuk musim panen tahun ini tidak membeli cengkeh para petani lain.
Walaupun produksi turun, ia mengatakan harga cengkeh saat ini relatif tinggi sekitar Rp140 ribu per kilogram untuk cengkeh yang kering. Harga itu lebih baik daripada harga tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp120 ribu per kilogram.
Harga itu, kata dia, juga relatif lebih bagus. Harga cengkeh bisa sampai jatuh hingga Rp15 ribu per kilogram untuk cengkeh yang basah (belum dijemur) serta Rp25 ribu per kilogram untuk cengkeh yang kering.
Bahkan, banyak tengkulak yang memberikan uang muka untuk cengkeh, sebab produksi turun sangat drastis. Mereka berebut cengkeh, untuk dijual. Meskipun harga relatif naik, ia berharap imbas dari erupsi tersebut diharapkan tidak terlalu berpengaruh besar. Di ladang, ada sekitar 50 batang kayu cengkeh, yang diharapkan semua produksinya bisa maksimal.
Ia memperkirakan produksi akan kembali normal saat musim panen tahun selanjutnya. Daun-daun cengkeh akan kembali bersemi, sehingga menghasilkan bunga yang juga lebih bagus daripada musim panen tahun 2014.
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, termasuk daerah sentra tanaman perkebunan. Selain nanas, juga terdapat pohon cengkeh, dengan usia yang beragam.
Mayoritas, tanaman warga di daerah itu umurnya sudah di atas lima tahun, sehingga produksi juga sudah banyak. [ant.mb2]

Tags: