Produksi Gula Diprediksi Naik

Surabaya, Bhirawa
Produksi gula nasional dari hasil penggilingan tebu pada 2014 diprediksi naik dibanding tahun lalu, kendati ketidakpastian kondisi iklim dan harga gula dalam negeri masih tetap membayangi.
Senior Advisor Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Adig Suwandi saat dihubungi di Surabaya, Selasa, mengemukakan produktivitas tebu pada giling kali ini kemungkinan sedikit turun, tetapi rendemen (kadar gula dalam tebu) diperkirakan mengalami kenaikan kendati tidak setinggi tahun 2012.
“Dari hasil kompilasi taksasi Maret 2014 pada semua pabrik gula, menunjukkan luas areal budidaya tebu mencapai 472.792 hektare, jumlah tebu digiling 26.182.325 ton dan gula yang dihasilkan lebih kurang 2.927.486 ton,” tuturnya, Selasa (1/4).
Adapun produktivitas tebu diproyeksikan 76,5 ton perhektare, dengan rendemen 8,09 persen dan hablur 6,2 ton perhektare. “Jika produksi gula sebanyak itu dapat direalisasikan, praktis Indonesia pada tahun 2014 telah mampu menutup semua kebutuhan gula konsumsi secara mandiri, dengan asumsi kebutuhan nasional sejumlah 2,6 juta ton,” tambah Adig.
Seandainya terjadi koreksi sekitar 5-10 persen, lanjut Adig, produksi gula masih akan setara 2,6 juta-2,78 juta ton. “Jumlah itu juga masih dalam batas aman untuk swasembada,” ujar Adig yang juga Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara XI (Persero).
Namun demikian, Adig menambahkan bahwa produsen gula lokal berharap Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus memberikan informasi tentang perkembangan dan perubahan iklim agar prediksi produksi yang tetap akurat dapat diperoleh, sambil melakukan upaya internal untuk meningkatkan perbaikan budidaya pada sisa waktu yang ada dan efisiensi manufaktur.
Data Dewan Gula Indonesia (DGI) mencatat sentra produksi gula masih terpusat di Pulau Jawa, dengan rincian luas areal budidaya tebu 305.302 hektare, jumlah tebu digiling 23.381.748 ton dan gula dihasilkan 1.870.890 ton.
Sementara di luar Jawa, luas areal budidaya tebu sekitar 157.490 hektare, jumlah tebu digiling 22.800.577 ton dan gula dihasilkan 1.056.596 ton.
Adig Suwandi mengatakan di sejumlah wilayah historis pabrik gula, terutama di Pulau Jawa, luas areal tebu rakyat diperkirakan mengalami penurunan akibat harga gula yang kurang kondusif dan nisbi tidak menguntungkan selama giling 2013. “Sebagian petani tidak melakukan ekspansi areal budidaya. Kalau pun masih ada tebu dikelola, sebagian besar berasal dari keprasan yang memang tingkat pemeliharaannya memerlukan biaya lebih murah, minimal tidak perlu membeli bibit,” ucapnya.
Pada rapat koordinasi BUMN gula di Surabaya beberapa waktu sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor pergulaan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga produksi gula pada musim giling 2014 bisa naik mencapai 1,8 juta ton. “Produksi gula tahun 2013 stagnan dibanding 2012. Kita ingin produksi gula tahun 2014 naik, harus naik pokoknya,” katanya.
Pada musim giling 2013, produksi gula yang dihasilkan dari pabrik gula milik BUMN sekitar 1,5 juta. Salah satu BUMN yang menyumbangkan produksi gula tertinggi secara nasional adalah PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dengan total mencapai 485.000 ton.
Dahlan Iskan mengakui tidak optimalnya produksi gula 2013 karena dibayangi terjadinya anomali iklim, yang ditandai dengan hujan berkepanjangan sejak awal hingga menjelang berakhirnya musim giling. [ma.ant]

Rate this article!
Tags: