Produksi Ikan Tangkap Capai 18.252 Ton

Nelayan Probolinggo sedang melakukan bongkar ikan ahasil tangkapan.

Probolinggo, Bhirawa
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Probolinggo selama tahun 2016 mencapai 18.252,60 ton. Jumlah tersebut meningkat drastis jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yang hanya mencapai 17.934,93 ton.
Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi melalui Kepala Bidang Perikanan Tangkap Wahid Noor Azis, Kamis 16/3 mengatakan, penangkapan ikan ini sebagian dilakukan di TPI dan tempat pendaratan ikan di setiap desa di kawasan pesisir. Ikan yang paling dominan ditangkap nelayan adalah ikan jenis tembang, kembung, layang dan peperek.
“Daerah yang menjadi sentra nelayan di Kabupaten Probolinggo adalah desa-desa yang berada di kawasan pesisir. Banyak dan sedikitnya hasil tangkapan nelayan tergantung kepada cuaca dan musim,” ungkapnya.
Lebih lanjut Wahid menjelaskan, selain dikonsumsi masyarakat lokal, hasil tangkapan nelayan juga dikirim keluar daerah seperti Pasuruan, Kota Probolinggo, Malang, Surabaya dan Puger (Jember) dalam bentuk ikan segar. “Tetapi juga ada ikan yang masuk dari luar daerah ke Kabupaten Probolinggo,” tegasnya.
Wahid menambahkan, ada beberapa upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan populasi ikan dan produksi ikan tangkap. Yakni transplantasi terumbu karang, gugus berongga, fish apartement dan rumpon.
“Tidak menutup kemungkinan adalah mencari ikan di luar daerah. Sebab menangkap ikan di mana pun boleh asalkan alat tangkapnya ramah lingkungan dan menggunakan perahu kecil,” paparnya.
Sedangkan di Kota Probolinggo potensi ikan di perairan tankap masih banyak, namun belum tereksploitasi dengan baik. Produksi tangkap 2016 mengacapai 15.031,33 ton sedang potensi 49.960 ton. “Dampaknya, kesejahteraan nelayan sangat rendah,” hal ini diungkapkan walikota Probolinggo Hj. Rukmini.
Menurutnya, jumlah nelayan kecil 400 orang dengan penghasilan rerata Rp6 juta/kapita/tahun, sedangkan nelayan jonggrang Rp24 juta /kapita/tahun, ABK kapal balai Rp21,6 juta/kapita/tahun, nahkoda kapal balai Rp30juta/kapita/tahun.
Untuk budi daya ikan, kondisinya relatif lebih baik. Produksi budidaya ikan 447,383 ton/tahun, sedangkan potensinya 650 ton/tahun. Penghasilan rerata petambak Rp12,5 juta/kapita/tahun, pembudi daya air tawar Rp10,5 juta/kapita/tahun.
Jumlah nelayan dengan kapal dibawah 5 GT sebanyak sekitar 250 orang, sedang jumlah pembudidaya perikanan darat sebanyak 207 orang. “Angka konsumsi ikan pada 2016 mencapai 32,97 kg/kapita/tahun dan kami harapkan bisa meningkat menjadi 50 kg/kapita/tahun,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti ini, maka usaha sektor perikanan baik tangkap maupun budi daya masih dapat ditingkatkan. Begitu pula dengan kersejahteraan nelayan bisa ditingkatkan lewat pengembangan usaha dengan pembiayaan lembaga jasa keuangan.
“Namun sektor perikanan tangkap masih belum disentuh LJK. Karena itulah, kami harapkan TPAKD dapat merumuskan permasalahan usaha di sektor perikanan sehingga bisa menjaring bank untuk mendanainya,” ujarnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indra Krisna mengatakan mengupayakan agar UMKM sektor perikanan dapat mengakses LJK memang menjadi program utama TPKAD Kota Malang. Problem utamanya sektor tersebut masih tergolong unbanked people. “Namun sektor UMKM pertnaian juga harus mendapatkan perhatian dari TPAKD agar dapat mengakses keuangan dari LJK,” ujarnya.
Anggota Dewan Komisioner OJK Ilya Avianti menegaskan OJK hadir agar LJK bisa menjadi sehat dan berkembang. Namun pada saat yang sama, LJK juga harus hadir di tengah agar memberikan manfaat kepada masyarakat agar mereka tidak terjerat rentenir dalam upaya mengembangkan usahanya.
Wali Kota Probolinggo Rukmini menegaskan saaat ini permasalahan pengembangan sektor UMKM di daerahnya karena sulitnya mereka mengakses kje keuangan.
Karena itulah, dengan adanya TPAKD maka dapat dirumuskan skema-skema agar UMKM bisa layak untuk didanai LJK sehingga dapat pertumbuhan ekonomi di daerah.
“Pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo pada tahun ini diproyeksikan mencapai 5,94%, sedangkan inflasi sudah berhasil ditekan dari 6,79% pada 2016 menjadi 2,11% pada 2017,” tambahnya. [wap]

Tags: