Produksi Melon Melimpah Saat Musim Kemarau

Afandi, salah satu petani melon dari Desa Sumber, Kecamatan Merakurak saat menyiram tanaman buahnya.

Afandi, salah satu petani melon dari Desa Sumber, Kecamatan Merakurak saat menyiram tanaman buahnya.

Melihat Potensi Agrobis di Tuban
Tuban, Bhirawa
Tak selamanya musim kering atau kemarau menjadi bencana, bahkan dengan dengan tidak turunnya hujan selama musim tanam, membuat sejumlah petani buah melon di Kabupaten Tuban dapat meraih untung selain mampu menghasilkan melon dengan kualitas cukup baik.
Para petani buah melon di Desa Sumber, Kecamatan Merakurak, Tuban. selama musim kemarau berlangsung seperti saat ini mengaku banyak mendapatkan untung dari hasil tanaman buah melon yang ditanam.
“Alhamdulillah, cukup bagus. Ketersediaan airnya masih mencukupi, malah kalau kebanyakan air, tanaman bisa busuk,” Kata Afadi salah seorang petani warga Sumber kepada Bhirawa, Kamis (3/9).
Karena dalam merawat buah melon harus memiliki keahlian khusus serta butuh ketelatenan.
Afandi tidak bisa menyalahkan jika sebagian besar petani lahan pertaniannya dibiarkan kosong (Bero) atau tidak ditanami karena memang kalau tidak ada ketersediaan air yang cukup, apa yang ditanam bisa mati hangus. “Kalau di daerah sini pola tanamnya tumpang sari jagung dan melon. Para tengkulak dari Surabaya dan Jakarta mengambilnya dari sini,” terang Afandi.
Pria paro baya ini juga mengaku, lahan seluas kurang lebih 300 meter persegi miliknya, setiap tahun selalu ditatami melon. Dari luas lahan itu, dalam sekali musim mampu menghasilkan sekitar 16-hingga 17 ton melon. “Di lahan ini ada sekitar 2.700 pohon melon, setiap pohon ada empat hingga lima buah melon, dari situ hasilnya lumayan kadang sampai 17 ton,” terang Afandi disela-sela melakukan penyemprotan daun melon miliknya.
Sayangnya kata Afandi, produksi yang cukup melimpah belum berbanding lurus dengan hasil penjualan. Lantaran penjualan panen melon di desa itu banyak mengandalkan tengkulak. “Sebenarnya petani melon cukup banyak, namun semua masih mengandalkan tengkulak. Koperasi atau apa gitu belum ada, makanya kadang susah menentukan harga,” keluh Afandi yang diamini para petani lain.
Sentra melon di Tuban juga ada di Desa Wadung, Kecamatan Jenu. Di sini banyak dikembangkan varietas baru. Gianto, petani asal Desa Wadung, Kecamatan Jenu yang sukses menelorkan beberapa varietas melon mengakui varian anyar ini memang masih belum diminati petani lokal. Faktor pasar menjadi alasan para petani belum merespon varietas yang sejatinya lebih menjanjikan.
Terutama Sakata Glamour yang sedikit peminatnya. Alasannya, varietas baru masih belum familiar. Kulitya sedikit lebih tebal dan kasar. Rasanya kalah manis dibandingkan Golden Apollo.
“Kalau dijual di pasar tradisional kurang laku. Tidak ada peminatnya. Mungkin terlalu mahal. Kalau melon biasa dua buah, kalau ini (Sakata Glamor) cuma dapat satu,“jelas Gianto.
Untuk mengantisipasi sedikitnya peminat pasar lokal, Gianto menyasar pasar Surabaya dan bebrapa kota besar lainnya. Hal ini untuk memperkenalkan varietas dan meneruskan budidayanya.
Menurut Gianto pengembangan varietas melon sangat cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Tuban. Ini karena jenis tanah dan airnya sangat memadai. [Khoirul Huda]

Tags: