Produksi Mobil Listrik Karya Anak Bangsa Harus Move On

Test drive Mobil listrik Small City Car (Smart Vi) automatic di halaman Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Senin (2/10) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Smart Vi Hasil Kolaborasi Nyata Dosen dan Mahasiswa PENS
Surabaya, Bhirawa
Perkembangan mobil listrik di tanah air semakin pesat. Namun, keran untuk produksi mobil secara masal dalam negeri tidak kunjung dibuka. Seperti Small City Car atau Smart Vi ‘Move On’ karya mahasiswa dan dosen prodi teknik Elektro Industri Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Mobil yang diriset sejak tahun 2004 silam telah mengalami perkembangan hingga generasi ke-6.
Tidak kunjung dibukanya keran tersebut juga diakui Dr Ir Era Purwanto, M.Eng. Menurut Dosen pembimbing ini juga tidak mengetahui secara pasti kapan mobil listrik dalam negeri mulai dibuka.
“Kalau keran ini dibuka, desainnya akan saya serahkan secara gratis. Karena uang yang dipakai adalah uang Negara,” katanya saat ditemui Bhirawa saat memamerkan mobil Smart Vi (Small City Car) automatic di pelataran Pens, Senin (2/10) kemarin.
Ia menilai Bangsa Indonesia sudah siap dan mampu memproduksi mobil listrik. Sebab dari segi teknologi juga tidak kalah dengan Negara lain. Namun, kendalanya hanya menunggu izin yang belum keluar dari Departemen Perindustrian.
“Jadi sebelum ramai mobil listrik itu, kami sudah melakukan riset. Tujuannya hanya pengembangan teknologi. Tapi, sejak 2012-2013 itu izinnya belum keluar,” terang Era.
Era menjelaskan, bentuknya yang mungil sangat mengadopsi konsep city car dengan kapasitas kursi untuk 4 orang. Proses pengerjaannya sendiri dikerjakan bersama dengan lima rekan dosen dan 20 mahasiswa.
Adapun keistimewaan dalam mobil listrik ini, kata Era, selain menggunakan 1 motor induksi 3  phasa untuk menggerakkan mobil sebagai pengganti motor DC yang kebanyakan dipakai saat ini, control mobil dapat diprogram dengan beberapa variabel algoritma. Misalnya, FOC ( Field Orientasi Control), DTC ( Direct Torque Control), Space Vector Control dan masih banyak lagi.
Menanggapi krisis energi dan polusi, Era memastikan Smart Vi dapat dijadikan satu solusi. Menurutnya, menggunakan bahan bakar yang dapat disimpan di dalam beberapa baterai, Smart Vi mampu melaju dan menjadi alternatif sarana transportasi perkotaan yang lebih ramah lingkungan.
“Saat ini untuk charging, masih proses pengembangan ke auto charging, bisa seperti power supply swiching dengan frekwensi tinggi. Bahkan, bisa juga diseting masing-masing. Tergantung sumber input charging. Jadi ketika posisi charging, bisa menggunakan listrik PLN bisa juga solar panel,” terang Era.
Ditanya pengembangan Smart Vi ke depan, Era mengutarakan bahwa mobil ini akan diberi 4 motor induksi 3 phasa di tiap-tiap rodanya sehingga mirip mobil 4 gardan. Sehingga mirip dengan power steering pada mobil-mobil di pasaran. Ditengah mobil listrik dipasaran harganya kian melambung. Hal ini dikarenakan teknologi yang diusung serta kebanyakan mobil listrik di impor di Indonesia.
“Secara kualitas, Smart Vi tidak kalah dengan mobil-mobil sejenisnya. Dan bila diproduksi masal, pasti harganya jauh lebih murah, berada di kisaran 80-90 jutaan per unitnya. Dan karena buatan anak bangsa sendiri, maka kita harus bangga,” tutur Era.
Rasa nyaman dan nyaman Smart Vi dirasakan Letnan Kolonel Marinir A Mukhorji usai mencoba mobil listrik karya Dosen dan mahasiswa Pens. Menurutnya, Bangsa Indonesia sudah seharusnya mulai mengembangkan dan memproduksi mobil listrik karya anak bangsa. Hal ini dinilai mampu mengurangi emisi.
“Saat saya coba itu terasa halus. Tidak seperti mobil yang menggunakan BBM. Secepatnya bangsa Indonesia bisa produksi mobil listrik,” harap Mukhorji yang juga sebagai Dosen di Departemen Marinir AAL ini. [geh]

Tags: