Produksi UMKM Masih Tak Layak Bersaing di MEA

Asisten II Sekdaprov Jatim, Hadi Prasetyo di acara pembukaan East Java Province Investing, Crowfunsing & Conference (EPIC) di Hotel JW Marriott, Senin (7/12).

Asisten II Sekdaprov Jatim, Hadi Prasetyo di acara pembukaan East Java Province Investing, Crowfunsing & Conference (EPIC) di Hotel JW Marriott, Senin (7/12).

Surabaya, Bhirawa
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Desember 2015 ini, memang sangat berat bagi Usaha Kredit Menengah (UKM) untuk dapat bersaing dengan sejumlah produk dari negara lain. Ini karena banyak UKM yang ada di Jatim memiliki modal kecil sehingga dalam memproduksi hingga packagingnya juga terasa asal-asalan.
Asisten II Sekdaprov Jatim, Hadi Prasetyo menegaskan saat ini produksi UMKM di Jatim masih jauh dari layak. Karena itu untuk bersaing di MEA 2015 ini banyak dari UMKM merasa kesulitan. Karenanya, dengan hadirnya CoAssets di Surabaya umumnya Jatim dapat membantu para pelaku UMKM menjual produksinya hingga ke Luar Negeri (LN).
‘’Tapi yang paling penting harus ada kolaborasi antara UMKM dan pengusaha dari negara lain, jika ingin sukses. Mengingat produk UMKM saat ini tidak dapat dihasilkan secara maksimal. Mulai soal pengolahan, higienes hingga pada packaging yang semuanya masih tradisional,’’tegas Hadi yang mewakili Gubernur Jatim dalam pembukaan East Java Province Investing, Crowfunsing & Conference (EPIC) di Hotel JW Marriott, Senin (7/12).
Dicontohkannya produk jenang di Jatim, yang pengolahannya masih tradisional dengan yang pengelolahannya diaduk oleh manusia sehingga keringat yang keluar bisa bercampu aduk dengan adonan. Belum lagi pengemasannya dilakukan dengan plastic yang dibungkus seara asal-asalan sehingga umur jenang tersebut hanya bertahan dua hari saja. Tapi dengan alat kedap udara, maka dipastikan bisa bertahan hingga berbulan-bulan termasuk tingkat higienesmya.
Ditambahkannya, dalam MEA 2015 ini kebingungan tidak hanya terjadi di Indonesia, sejumlah negara seperti Singapura juga merasa kebingungan. Ini karena selama ini mendatangkan bahan makan dari Indonesiauntuk diolah hingga di packaging dan di ekspor ke LN. Tapi dalam MEA ini merka tidak dapat bergerak apa-apa. ‘’Nah kolaborasi penting agar semua UMKM usahanya maju,’’lanjutnya dengan mimik serius.
Sementara itu, CEO COAssets Indonesia, Fernanda Reza Muhammad menegaskan dipilihnya Jatim dalam EPIC 2015 ini, karena Jatim terbilang aman dan iklim invesatasi yang ada cukup kondusif. Dan khusus bantuan kepada UMKM, diantaranya dengan memberikan kemudahan masuk Web milik CoAssets yang dapat diakses diseluruh dunia. Dengan begitu UMKM akan dapat dikenal oleh masyarakat luas. Selain dana yang selama ini UMKM merasa kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank.
‘’Kami hadir untuk UMKM, diantaranya untuk membantu mereka mengenalkan produknya hingga ke LN. Selain dana untuk memberikan mereka modal untuk produksi,’’tegasnya.
Seperti diketahui setelah sukses diadakan di Singapura pada 10 – 11 Juli, dan Malaysia di akhir bulan Oktober yang lalu, ajang EPIC (East Java Province Investing, Crowfunding & conference) 2015  diselenggarakan di Indonesia, tepatnya Surabaya. Bertempat di JW Marriott Hotel, kegiatan yang mempertemukan investor dari berbagai negara dengan pelaku bisnis Indonesia, khususnya Jawa Timur itu diselenggarakan pada 7 – 8 Desember 2015.
Diadakan oleh CoAssets Indonesia, agenda penting bagi iklim investasi. Dimana ada puluhan investor yang hadir. “Tidak hanya dari Indonesia saja, tetapijuga dari negara-negara sahabat di Asia dan Eropa,” kata Reza. Cty
Pelaksanaan EPIC perdana di Indonesia terasa lebih spesial, pasalnya ajang yang bernama asli Expo for Property, Investing, and Crowdfunding itu benar-benar akan mengeksplore segala potensi yang ada di Jawa Timur. Tak heran jika kemudian nama EPIC khusus di Indonesia berubah menjadi East Java Province Investing, Crowdfunding, & Conference. “Banyak sekali potensi luar biasa dari Jatim yang jika digali mampu mendatangkan investor dengan nilai besar,”jelas pria yang akrab disapa Reza itu. [cty]

Tags: