Produksi Vaksin DBD

Foto Ilustrasi

Demam berdarah sudah banyak mewabah di berbagai daerah, seiring puyncak musim hujan. Namun belum terdapat daerah yang “menyatakan” status KLB (Kejadian Luar Biasa). Hujan deras menjadi banjir menggenangi seluruh permukiman. Bahkan juga menenggelamkan perkampungan. Banjir juga membawa sampah dari drainase yang dangkal dan kotor. nampak berserakan. Sehingga lingkungan tempat tinggal (termasuk di dalam rumah) nampak kotor.
Kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD) dan tipus. Pada puncak musim hujan dua tahun lalu, lebih separuh wilayah Jawa Timur dinyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa) terhadap penyakit demam berdarah. Jumlah korban meninggal telah lebih dari 50 orang. Pada saat sama, berbagai daerah lain seantero Jawa juga mengalami peningkatan kasus kejangkitan DBD.
Kasus (suspect) jangkitan demam berdarah dengue (DBD) sudah ratusan kali ditemukan di beberapa daerah. Nyaris rutin sejak satu dekade. Upaya agak masif yang dilakukan pemerintah adalah melalui iklan di media masa. Yakni, berupa gerakan 3M (Menutup, Menguras, Mengubur). Tetapi seiring “hilangnya” iklan 3M, virus DBD tampil lagi. Nyamuk aedes agepty, seolah-olah memahami “celah” UU Kesehatan, dan menyerang saat gerakan 3M mengendur.
Celah UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, adalah tidak diatur secara khusus kondisi KLB. Hanya dua pasal 154 dan pasal 156 yang memasukkan upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit menular. Kriteria KLB di kabupaten dan kota, konon, manakala terdapat angka kematian akibat wabah penyakit. Padahal masih terdapat kematian pasien DBD, walau prevalensinya makin menurun (dibawah 1%).
Berdasar catatan WHO, nyamuk menjadi “pembunuh” manusia paling kerap. Terutama melalui virus DBD (demam berdarah dengue). Sepanjang satu dekade sejarah DBD, sebanyak 850 ribu menjadi korban. Melebihi peristiwa pembunuihan oleh sesama manusia (sebanyak 550 ribu korban jiwa). Bahkan pada tahun 2016, DBD mampu menyesap korban jiwa sebanyak 1.470 jiwa se-hari. Korban jiwa DBD beribu kali lebih besar dibanding kematian akibat dimangsa binatang buas.
Bahkan korban DBD di seluruh dunia, jauh lebih besar dibanding korban kasus kriminalitas (pembunuhan). Juga lebih besar dibanding korban akibat kecelakaan lalulintas. DBD biasa mewabah pada daerah beriklim tropis dan sub-tropis dengan kisaran suhu udara lebih dari 23 derajat. Ditambah buruknya sanitasi komunitas. Semusim lalu, seiring iklim, ancaman DBD selalu muncul, dengan prevalensi angka kematian tinggi (di atas 1%).
Nyamuk aedes agepty, tidak boleh dianggap sepele. Beberapa daerah sampai meng-inisiasi pencegahan DBD melalui cara back to nature. Antara lain penanaman bunga lavender, dan memperbanyak hewan predator (ikan) untuk melahap habis jentik nyamuk. Pada daerah yang telah terpapar cukup masih, baru dilakukan fogging (pengsapan). Namun berbagai upaya seolah-olah tidak cukup menghabisi jentik aedes agepty.
Bersyukur telah terdapat penemuan obat DBD, berupa vaksin dengxavia. Obat impor ini harganya masih mahal (sekitar Rp 1,1 juta per-suntik). Sehingga belum menjadi program pemerintah untuk mengurangi DBD. Berdasar konstitusi, pemerintah wajib menyelenggaran perlindungan kesehatan rakyat. Termasuk kampanye pengaturan sampah rumahtangga.
UUD pasal 28H ayat (1), menyatakan, “Setiap orang berhak … mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, … serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Konstitusi mengulang amanat pentingnya perlindungan kesehatan. Yakni, pada pasal 34 ayat (3), dinyatakan, “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan …yang layak.”
Tak elok manakala perlindungan kesehatan ditakar dengan nilai (harga) obat. Toh biasanya, masyarakat rela menyokong biaya program kesehatan secara gotongroyong.

——— 000 ———

Rate this article!
Produksi Vaksin DBD,5 / 5 ( 1votes )
Tags: