Produktivitas Cabe Terganggu, Harga Dipasaran Turun

12-panen-lombok-cabePasuruan, Bhirawa
Kelangkaan pupuk bersubsidi tak hanya dirasakan petani padi. Di Kabupaten Pasuruan tepatnya di Desa Seladi, Kecamatan Kejayan kelangkaan pupuk tersebut juga terjadi pada petani cabe merah. Akibatnya, petani mengeluhkan produktifitas tanaman pedas itu kurang maksimal dan berdampak pada musim panen tiba.
“Sejak tiga bulan terakhir para petani cabe mulai kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Sehingga, produktifitas cabe tentu juga ikut turun. Bahkan hasil panen pun menjadi berkurang,” ujar Ikhwan Kusuma, petani cabe saat akan memanen cabe merah di lokasi, Rabu (11/6).
Menurut Ikhwan, tanaman lombok biasanya dapat tumbuh setinggi satu meter lebih. Namun akibat dari pemberian pupuk yang terlambat, membuat tanaman lombok merahnya tumbuh kerdil atau sekitar 50 cm. “Jika dikalkulasikan saya terpaksa kehilangan 20 persen akibat kelangkaan pupuk ini. Artinya, jika 1 pohon bisa menghasilkan cabe 1 kg, saat ini hanya 8 ons,” kata Ikhwan Kusuma.
Selain mengalami kelangkaan, pupuk subsidi juga dijual dengan harga yang tidak wajar. Biasanya 1 sak berisi 50 kg pupuk bersubsidi seharusnya dijual Rp90 ribu, saat ini harganya bisa naik menjadi Rp140-160 ribu.
Tak hanya itu, petani lombok juga mengeluhkan harga lombok merah yang mengalami penurunan. Jika kondisi normal, lombok merah dijual dengan harga Rp15-20 ribu/kg, kini turun menjdi Rp5.000/kg. “Siapa yang cepat dialah yang dapat. Itulah saat untuk mencari pupuk bersubsidi. Jika petani yang terlambat karena tidak tahu kalau pupuk sudah tersedia, akhirnya tidak dapat jatah. Belum lagi harga lombok merah yang mengalami penurunan. Makanya, kami sangat dipusingkan dengan keadaan ini,” jelasnya.
Berdasarkan data dari Kantor Bagian Penjualan Jawa Timur, jumlah realisasi dan alokasi penyaluran per/kecamatan di Kabupaten Pasuruan, hingga bulan Mei sudah mencapai 16.342. Padahal alokasi pupuk bersubsidi di Kabupaten Pasuruan, pada 2014 sebanyak 33,657 ton digunakan hingga tujuh bulan ke depan.
“Sisa pupuk urea bersubsidi tinggal 17.315 ton untuk tujuh bulan kedepan. Jika kami bagi menjadi tujuh bulan tinggal 2.473 ton per/bulan. Padahal jika dibagi lagi menjadi 24 Kecamatan di Kabupaten Pasuruan menjadi 103 ton per bulan/ kecamatan. Jelas itu tidak cukup,” jelas Ikhwan.
Ikwan pun khawatir kurangnya pupuk urea bersubsidi juga akan mengganggu puncak musim tanam tiba sekitar bulan Oktober, November dan Desember. Pada kebutuhun pupuk pada puncak musim tanam, rata-rata mencapi 4000 ton per/bulan.
“Kami berharap kepada para petani untuk pupuk urea bersubsidi secara secara berimbang. Optimalkan dengan pupuk organik bersubsidi. Semuanya itu bertujuan untuk menekan penggunakan pupuk urea,” kata Ikhwan.
Sementara itu, alokasi pupuk urea bersubsidi untuk Kabupaten Pasuruan tahun ini berkurang 6000 ton, bila dibandingkan dengan jatah tahun 2013 lalu. Pada tahun anggaran 2013 dialokasikan oleh Provinsi Jatim terhadap pupuk urea bersubsidi sebanyak 39.355 ton urea. Sedangkan pada tahun anggaran 2014 dialokasikan sebanyak 33.657 ton.
“Bila dibandingkan dengan tahun 2013 lalu, jatah alokasi pupuk urea bersubsidi untuk tahun 2014 ini berkurang 6000 ton,” kata Ikhwan, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan
Untuk mencegah semua itu, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan mengharapkan agar petani menggunakan menggunakan pupuk berimbang. Yakni, mencamur antara pupuk urea subsidi dengan pupuk organik subsidi. Idealnya, lahan seluas satu hektar petani cukup memakai 250-300 pupuk urea bersubsidi. Sementara saat ini, petani menggunakan pupuk urea bersubsidi hingga 400 kg-500 kg per/hektar. [hil]

Tags: