Prof Wawan Dhewanto, Guru Besar ITB Alumni SMAN 1 Probolinggo


Reuni Perak Smasa, Prof Wawan kompak bersama teman-teman berada di baris kedua (keempat dari kiri). [wiwit agus pribadi]

Probolinggo, Bhirawa
Inilah guru besar yang sedang hangat diperbincangkan. Ya, Prof Wawan Dhewanto ST MSc PhD merupaka sosok pria sederhana yang baru -baru ini menyandang gelar profesor dalam bidang Ilmu Kewirausahaan di Sekolah Bisnis Manajemen (SBM), Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kabar inipun menuai apresiasi dari sejumlah guru, teman sekolah, bahkan teman orang tua yang menjadi saksi perjalanan hidupnya, siapakah sosok Prof Wawan Dhewanto semasa sekolah di SMAN 1 Probolinggo. Menariknya, Prof Wawan Dhewanto ini merupakan putra pertama pasangan Alm Drs Sarwanto, dan Ir Retno Widjajaningsih. Saat itu, Drs. Sarwanto adalah Wali Kota Probolinggo periode 1990-1993.
Namun, meski terlahir sebagai anak Wali Kota Probolinggo, kesan yang melekat di sosok Wawan remaja adalah anak yang cerdas dan memiliki banyak teman dari semua kalangan dan termasuk salah satu siswa yang paling berkesan bagi para guru.
“Syukur Alhamdulillah, mendengar kabar ada siswa saya sudah jadi Profesor. Saya ikut bangga menjadi salah satu gurunya,” ungkap salah seorang guru biologi Endah Sudarwati, Minggu (25/7). Endah yang masih mengajar di SMAN 1 Probolinggo ini mengaku, anak – anak dulu memang rajin belajar, kesekolah ya untuk belajar. Tidak macam-macam.
“Seingat saya, saya mengajar biologi sewaktu Wawan duduk di kelas X. Sementara Wawan siswa kelas Fisika. Sepengetahuan saya, Wawan itu siswa yang pendiam, cerdas, dan sederhana. Jadi, meskipun anak pejabat, Wawan ini penampilannya biasa saja, seperti anak – anak lainnya. Ke sekolahpun menggunakan sepeda. Tidak pernah diantar mobil atau sopir. Dimata para guru, selain pintar dan cerdas, Wawan itu familiar sekali memiliki banyak teman,” ungkap Endah.
Pesan senada, juga begitu lekat dirasakan Nurhasanah, teman yang kini menjadi guru di SMAN 1 Probolinggo. ”Wawan dulunya anak wali kota. Namun, ia tidak sombong, mau berteman dengan siapa saja, tidak membeda – bedakan, meskipun dari kalangan tidak mampu sekalipun. Sama semua teman itu baik. Hingga kini sudah menjadi orang besar seperti, ia masih tetap menjalin silaturahmi dengan baik meski sibuk luar biasa, Wawan selalu menyempatkan komunikasi. Tiap usai kelulusan baru misalnya, mesti menanyakan siapa saja adik – adik alumni Smasa Probolinggo yang lolos masuk ITB,” lanjut Nurhasanah lagi.
Selain guru, Wawan remaja juga dikenal baik oleh Sri Martini (Bu Sochih), salah satu teman dari Alm Drs Sarwanto yang kini telah purna tugas. ”Dulu saya adalah bagian rumah tangganya Alm Pak Sarwanto. Jadi tahu betul keseharian Wawan setiap harinya. Pulang sekolah, ganti baju, yang dicari pasti tas sekolahnya. Lalu, mengerjakan tugas – tugas dan sibuk belajar. Begitu setiap hari,” kenang Sri Martini.
Selain Sri Martini, Suwignyo Widodo yang saat itu dinas sebagai ajudan Wali Kota menambahkan. Sekalipun bapak sibuk dinas, ibu pun juga sibuk dinas, tapi keduanya adalah tipe orang tua yang tidak pernah luput memberikan perhatiannya terhadap keluarga, khususnya pada anak.
“Benar kata orang, anak adalah miniatur orang tua. Alm Pak Sarwanto dan Ibu Retno ini sama – sama orang pintar dan sabar. Meskipun sama – sama orang penting tapi mudah bergaul dengan siapa saja. Tekun, bijaksana, sederhana. Makanya, semua anak – anaknya juga nurun,” lanjut Suwignyo, ASN yang masih dinas di Pemkot Probolinggo ini.
Yang paling diingat, saat Wawan ditinggal Pak Sarwanto meninggal dunia. Alm Pak Sarwanto meninggal mendadak saat masih menjabat Wali Kota, saat itu Wawan masih kelas II SMA kalau tidak salah. Karena Alm Pak Sarwanto sudah tidak menjabat, ibunda dan dua saudara Wawan ini pulang balik ke Trenggalek. Tapi hebatnya, Wawan ini tetap bertahan di Probolinggo melanjutkan sekolahnya hingga lulus dari SMA.
“Saat itu, Wawan ngekos dan hidup sendirian. Namun dari pantauan saya, hari – harinya Wawan begitu tegar meskipun tanpa sanak saudara di Probolinggo. Bahkan belajarnya semakin tekun dan rajin. Bagi saya ya, Wawan ini sudah seperti anak sendiri,” jelasnya.
Berbeda dengan cerita kenangan yang melekat dalam benak Fadjriyah, salah satu teman Wawan. Baginya, Wawan adalah satu – satunya teman kelas yang sangat jenius. ”Kalau sudah ulangan matematika, Wawan selalu dapat nilai tertinggi. Dari dulu Wawan itu memang tekun. Tidak ada waktu luang tanpa baca buku. Wawan sering nraktir makan teman-taman satu kelas,” katanya
Prof Wawan Dhewanto menamatkan S1 Teknik Industri (TI) di ITB Bandung – Indonesia (2000), lalu melanjutkan S2 nya mengambil System Engineering, Policy Analysis, and Management (SEPA) berhasil meraih Master of Science dari Technisce Universiteit, Delft – Belanda (2003) dan S3 Management dan berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy dari Monash University, Australia.
Sepak terjang Wawan mengabdikan diri ke dunia pendidikan dimulai sejak tahun 2004 silam. Saat itu, Wawan mulai bergabung dengan Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB (SBM ITB). Seiring berjalannya waktu, Wawan ikut merintis pengembangan program studi baru di SBM ITB. Wajar bila saat itu ia pun dipercaya sebagai Ketua Program Studi Sarjana Kewirausahaan SBM ITB pertama, pada tahun 2013 – 2018.
Tahun 2019 hingga kini, Wawan menjabat sebagai Sekretaris Senat Akademik ITB (SA ITB). Hingga kini, minat penelitiannya tak hanya meliputi analisis kebijakan kewirausahaan, tapi juga ekosistem kewirausahaan, start-up digital, usaha kecil menengah dan inovasi bisnis.
Prof Wawan, Minggu (25/7) mengungkapkan, apa yang terjadi dalam hidupnya merupakan anugerah dari Allah SWT. ”Terima kasih saya kepada ibunda dan Almarhum ayahanda. Ibunda dan ayahanda adalah sumber inspirasi bagi hidup saya. Atas doa dan didikan beliau pula, saya bisa berada dititik ini,” ungkap Prof Wawan saat ditemui melalui Google Meets.
“Apresiasi tinggi, juga saya sampai untuk semua bapak ibu guru saya, teman orang tua, hingga teman – teman hebat saya yang sudah mengukir indah perjalanan hidup saya saat masa sekolah. Terimakasih semuanya. Tanpa Anda semua, tidak mungkin saya menjadi seorang Wawan yang seperti sekarang,” lanjut Prof Wawan.
Suami MTA Penia Kresnowati inipun menyampaikan prinsip hidupnya agar bisa menjadi motivasi bagi lainnya. ”Lakukan yang terbaik di bidang masing – masing, jangan setengah – setengah. Selalu beradaptasi dalam segala kondisi, bisa bergaul dengan semua kalangan, kerja keras dan pantang menyerah adalah syarat utama. Tapi kuncinya, Be Your Self saja,” tambah pria kelahiran 19 Oktober 1976 ini. [wap]

Tags: