Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Oleh:
Winarno, SPd
Guru SMAN 3 Blitar.

Gegap gempita Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) saat ini sedang berlangsung. Kebingungan dan kegalauan para pendidik pun masih menyeruak. Namun, melihat adanya cita-cita besar di balik keberadaan kurikulum baru ini, guru sebagai garda depan pelaksana kurikulum wajib menyukseskannya.

Cita-cita besar dalam Kurikulum Merdeka yang seakan menjadi formula ampuh untuk menjawab rapuhnya karakter anak bangsa saat ini adalah adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis projek (project-based learning). Yang berbeda dengan pembelajaran berbasis projek dalam program intrakurikuler di dalam kelas.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.

Projek didesain agar peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Peserta didik bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan untuk menghasilkan produk dan/atau aksi.

Profil Pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan Profil Pelajar Pancasila, maupun ekstrakurikuler.

Perlunya Projek Penguatan Profil Pancasila sebenarnya telah dihembuskan Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara puluhan tahun yang lalu. “… perlulah anak anak [Taman Siswa] kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar supaya mereka tidak hanya memiliki ‘pengetahuan’ saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat ‘mengalaminya’ sendiri , dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya.”

Secara kontekstual, Ki Hadjar menyarankan pengajar dan pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.

Ki Hajar sudah menegaskan pentingnya peserta didik mempelajari hal-hal di luar kelas, namun sayangnya selama ini pelaksanaan hal tersebut belum optimal. Bahkan mirisnya, saat ini mengalami degradasi yang sangat tajam.

Dalam diskursus keninian, termaktub dalam Kurikulum Merdeka bahwa dengan pelaksanaan kegiatan projek ini, peserta didik berkesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, antiradikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya.

Projek penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Sejak tahun 1990-an, pendidik dan praktisi pendidikan seluruh dunia mulai menyadari bahwa mempelajari hal-hal di luar kelas dapat membantu peserta didik mendapatkan pemahaman bahwa yang dipelajari di satuan pendidikan memiliki hubungan dengan kehidupan sehari-sehari.

Bagi pekerja di dunia modern, keberhasilan menjalankan projek akan menjadi prestasi tersendiri dibandingkan dengan loyalitas atau lama bekerja dalam satu perusahaan. Memecahkan masalah dunia nyata penting bagi orang dewasa, juga anak-anak. Agar anak-anak dapat memecahkan masalah dunia nyata, kita harus mempersiapkan mereka dengan pengalaman (pengetahuan) dan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam upaya mempersiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan kompetensi tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Dahsyatnya Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, selain bermuatan untuk menanamkan, menumbuhkembangkan dan menguatkan “roh” Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, hal yang menjadi ciri khas pembeda dan pembaharu yang memacarkan cercah harapan besar adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya.

Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru harus senantiasa terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning Community).

Selain itu, guru diharapkan untuk saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat. Sebisa mungkin guru mau dan mampu menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum maksimal. Dan yang tak lah pentingnya adalah terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah diterapkan

Secara global, terdapat tiga strategi diferensiasi, di antaranya direfensiasi konten. Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Dalam hal ini, guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

Yang kedua adalah Diferensiasi proses. Kegiatan yang berkaitan dengan proses adalah segala hal yang mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan kegiatan berjenjang dan meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat, agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas.

Diferensiasi ke-tiga adalah yang terkait dengan produk. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.

Jika 2 hal penting yang merupakan pemikiran dan cita-cita baru yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka ini dapat dipahami dan ditindaklanjuti dengan baik dan bertanggungjawab, harapan besar menggelayut bahwa keberadaan Kurikulum Merdeka ini bukan sekadar ada. Bukan sekadar konsep tanpa ada hasil yang berhasil dijejakkan di dunia pendidikan Indonesia. Menyukseskannya adalah satu keniscayaan besar. Guru adalah garda depan kesuksesannya.

——– *** ———

Tags: