Program Petani Tangguh Bondowoso Diharapkan Dukung Ketahanan Pangan

Saat memberikan penyuluhan ketahanan pangan kepada petani di Kecamatan Tenggarang. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Yang menjadi salah satu program petani tangguh untuk kawasan lumbung pangan di Jawa Timur. Yakni tepatnya di Kabupaten Bondowoso ini, perlu menciptakan inovasi pertanian guna mendukung program ketahanan pangan nasional.

Melalui konsep Serap Aspirasi Petani Untuk Bahan Pokok Pikiran (Sarapan Kopi). Konsep petani tangguh yang menjadi salah satu program tersebut, akan dicanangkan di Kecamatan Tenggarang ini mendapat perhatian dari salah satu Anggota Komisi II DPRD Bondowoso, Imam Khalid Andi Wijaya, ST.

Ketua Fraksi PPP DPRD Bondowoso itu mengatakan, bahwa program ini akan menyerap semua asprirasi para petani, khususnya untuk menciptakan Petani Tangguh. Hal ini akan menjadi percontohan bagi petani lainnya agar tidak ada lagi kekhawatiran pupuk bersubsidi, serangan hama dan masalah lainnya.

“Pemerintah wajib hadir untuk masyarakat dalam upaya ketahanan pangan,” terangnya usai bertemu langsung dengan para petani di Kecamatan Tenggarang, Sabtu (27/6).

Menurutnya, para petani adalah motor ekonomi utama di Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu lumbung pangan di Jatim yang bisa memproduksi 450 ribu ton beras per tahun.

“Kita akan berkomunikasi langsung dengan para petani. Sambil kita mengonsep langkah apa yang harus disiapkan untuk menciptakan Petani Tangguh,” katanya.

Untuk itu lanjut Andi, pemerintah harus menyiapkan sebuah perusahaan pupuk khusus petani Bondowoso. Pupuk tersebut diproduksi di Bondowoso dan dipasarkan di Bondowoso sehingga para petani benar-benar mandiri dan tangguh.

“Semuanya swadaya. Jadi konsep petani tangguh itu, petani berdiri diatas kakinya sendiri. Saya bermimpi, di Kecamatan Tenggarang nanti ada dua poktan atau petani yang tangguh,” harapnya.

Ditempat yang sama, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Dinas Pertanian Bondowoso Ir. Winarto mengatakan, banyak petani saat ini mengeluhkan pengurangan alokasi pupuk bersubsidi. Karena secara tidak langsung berpengaruh pada produktivitas pertanian.

“Volumenya berkurang, luas tanamnya tetap, penggunaan petani tetap sementara alokasinya berkurang. Itu kan sudah bisa ditebak,”paparnya.

Akan ha itu kata dia, para petani berharap agar persoalan pupuk segera diselesaikan. Pola komunikasi antara para pengambil kebijakan pemerintah dengan petani bisa berlanjut di tempat lainnya. Begitu juga dengan pengembangan teknologi. Karena ke depan, pertanian akan menghadapi tuntutan lebih besar, tenaga kerja makin sulit, subsidi kian dibatasi dan luas lahan semakin berkurang.

“Sementara pangan kebutuhannya terus naik. Nggak akan turun permintaannya karena angka kelahiran bertambah,”pungkasnya. [san]

Tags: