Promosikan Syech Jumadil Kubro sebagai Punjer Wali Songo

Wabup Pungkasiadi (kanan) menghadiri pengajian rutin haul Syech Jumadi Kubro di Trowulan, Kab Mojokerto. [kariyadi/bhirawa]

Kab Mojokerto, Bhirawa
Kebesaran nama  Syech Jumadil Kubro sebagai punjer Wali Songo dalam menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa pada masanya, gencar dipromosikan Pemkab Mojokerto. Diantaranya dengan mendorong penulisan dalam berbagai hikayat seperti babat, serat dan penuturan masyarakat.
Tak hanya itu, secara rutin setiap tahun juga digelar Pengajian Haul Syech Jumadil Kubro yang diperingati di pelataran Makam Troloyo Trowulan, Kab Mojokerto. Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, yang hadir dalam helatan itu mengajak semua untuk meneladani kisah Syekh Jumadil Kubro yang luar biasa dan memprompsikan agar menjadi destinasi wisata religi .
”Kisah Syech Jumadil Kubro sebagai Punjer Wali Songo, kita ketahui dari berbagai hikayat seperti babat, serat dan penuturan masyarakat. Beliau yang menurut literatur masih dalam satu garis generasi keenam Nabi Muhammad SAW, mengembara ke tanah Jawa,” ujar Wabup dihadapan ratusan massa yang menghadiri pengajian.
Selanjutnya komunitas muslim di kota-kota pelabuhan Majapahit, menjadi penanda pesatnya perkembangan Islam pada jamannya. Laju kemajuan IPTEK yang cepat di bidang Agama Islam kemudian melahirkan kaum santri kritis, progresif dan transformatif.
Syech Jumadil Kubro lahir pada tahun 1270 sebagai putera Ahmad Syah Jalaluddin, bangsawan dari Nasrabad di India. Kakek buyutnya adalah Muhammad Shohib Mirbath dari Hadramaut yang bergaris keturunan ke Imam Jafar Shodiq, keturunan generasi keenam dari Nabi Muhammad SAW. Setelah mundur dari jabatannya sebagai Gubernur Deccan di India, Jumadil Kubro mengembara ke berbagai belahan dunia untuk menyebarkan Agama Islam.
Literatur juga menyebut Syech Jumadil Kubro berkelana keliling dunia sampai ke Maghribi di Maroko, Samarqand di Uzbekistan lalu sampai ke Kelantan di Malaysia, kemudian ke Jawa pada era Majapahit dan akhirnya sampai ke Gowa di Sulawesi Selatan. Syekh Jumadil Kubro wafat dan dimakamkan di Trowulan sekitar tahun 1376 masehi. Dari sedikit ulasan sejarah panjang seorang tokoh besar penyebar Islam di Jawa, tidak heran jika sejarah hidupnya banyak dikenang dan diingat hingga kini.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kab Mojokerto, Djoko Widyanato, menjabarkan beberapa kegiatan terkait dalam memperingati Haul Syekh Jumadi Kubro ke-642 Tahun 2017.
”Rangkaian Peringatan Haul Syech Jumadil Kubro sudah dilaksanakan sejak kirab kubro dari Pendopo Agung Trowulan dan finish di pelataran makam Troloyo. Animo masyarakat sangat tinggi, khusunya tradisi berburu berkah gunungan tumpeng yang diarak. Hingga dilanjutkan acara malam ini yakni acara semaan dan khotmil Qur’an, yang ditutup dengan pengajian umum oleh Prof Dr KH Abdul Ghofur selaku Pengasuh Ponpes Sunan Drajat Paciran, Lamongan,” jelas Djoko. [kar]

Tags: