Proses Produksi Dibutuhkan Tiga Kompetensi SMK Sekaligus

Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi dan Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Drs Sumadijono MSi mencoba dua motor karya SMK yang diikutkan Kostumfest 2014 di Jogjakarta.

Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi dan Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Drs Sumadijono MSi mencoba dua motor karya SMK yang diikutkan Kostumfest 2014 di Jogjakarta.

Kota Surabaya, Bhirawa
Berbekal mesin motor bebek berkapasitas 125 cc, enam siswa SMK yang mengikuti training di UPT Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (PPPK) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim sukses menciptakan motor baru berjenis costum sport classic. Tidak hanya desainnya yang sangar, motor ini juga dibuat tanpa menggunakan rantai. Sebagai gantinya, roda menggunakan gardan sehingga dapat bergerak maju-mundur.
Keenam siswa SMK tersebut berasal dari SMKN 1 Sidayu Gresik, SMK Budi Utomo Jombang dan SMK PGRI 1 Ponorogo. Mereka berkarya tidak hanya mengandalkan kemampuannya terhadap seluk beluk mesin otomotif, tetapi juga menggabungkan dua kompetensi lainnya, yakni teknik pengelasan dan pelat serta teknik mesin bubut. “Sesuai kapasitasnya, motor ini masih bisa melesat normal hingga kecepatan maksimal 160 kilometer per jam,” kata Andre Frendy Ardynata, siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Budi Utomo yang ikut menggarap motor  classic ini kepada Bhirawa kemarin.
Dia menjelaskan, hampir seluruh bodi motor dibuat di lokasi pelatihan. Hanya mesin, ban, velg, dan spion yang dibeli dari pasaran. “Seluruh bagian motor seperti tangki, slebor, setir, kampas rem hingga yang terkecil seperti mur dan baut dibuat sendiri di sini (UPT PPPK)” kata Andre.
Beberapa bagian yang juga menjadi kelebihan Mahadewa yaitu penggunaan skok jenis R26 pada jok dudukan pengemudi. Dengan inovasi ini, pengemudia bisa mengatur tingkat ketinggian jok motor menyesuaikan dengan tingkat kenyamanan pengemudi.
Muhammad Syaifudin, siswa SMKN1 Sidayu, Gresik menambahkan, yang paling unik adalah penggunaan gardan pada motor ini. Sebab, sejauh ini gardan hanya digunakan oleh kendaraan dengan kapasitas di atas 500 cc. Awalnya penggunaan gardan ini sangat pesimistis dapat berfungsi optimal. Namun dalam perencanaan, ide penggunaan gardan diuji coba dulu. Ternyata hasilnya bagus dan dapat menggerakkan kendaraan secara optimal. “Dua bulan kita memproses ini mulai dari perencanaan desain hingga pembuatan kostum Mahadewa yang ada di tangki dan bodi motor,” tutur dia.
Atas karya tersebut, Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi menyampaikan apresiasinya. Apresiasi ini diberikan selain karena siswa SMK telah berhasil membuat karya inovatif, tetapi juga berhasil lolos seleksi Kostumfest 2014 di Jogjakarta  pada 11-12 Oktober kemarin. “Perhelatan ini tidak main-main. Kita tahu, dalam even tersebut ada pelaku industri yang akan menilai langsung karya siswa SMK. Selain itu, ada juga tim juri level nasional dan internasional,” tutur Harun.
Selain Mahadewan, motor karya SMK yang juga lolos seleksi dalam even ini adalah mini cooper yang dibuat pada 2013 lalu. Dua motor ini, kata Harun, merupakan bukti bahwa praktik industri siswa SMK bukan hanya sekadar mengasah softskill, melainkan juga menghasilkan produk yang unggul.  “Ajang ini bukan main-main, kita harus bangga karena bisa lolos sehingga bisa beradu kebolehan dengan masyarakat umum yang notabene sudah profesional di bidang kostum,” ungkapnya.
Harun optimistis bahwa dua motor ini akan membawa prestasi yang membanggakan untuk Jatim. Senada dengan Harun,  Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Drs Sumadijono MSi menuturkan bahwa membuat motor ini bukan hanya melibatkan kompetensi siswa dalam bidang otomotif.  Atau siswa jurusan TKR yang dalam kurikulumnya hanya mempelajari otomotif dan sistem listrik kendaraan. Lebih dari itu, membuat motor ini membutuhkan kompetensi lain, yakni teknik pengelasan dan pelat serta teknik bubut. Pengelasan dan pelat ini digunakan untuk membuat rangka dan bodi mobil. Sedangkan bubut, untuk membuat spare part yang bentuknya melingkar seperti knalpot, mur, baut dan lainnya.
“Kita menyadari kompetensi ini memang tidak ada dalam kurikulum di sekolah. Tapi kenyataannya dalam mengerjakan proyek semacam ini, dibutuhkan kompetensi lebih. Bahkan dalam implementasinya nanti di dunia usaha dan industri, kompetensi di luar kurikulum pasti juga dibutuhkan,” kata dia.
Karena itu, lanjut Sumadijono, dalam pelatihannya, siswa juga dilatih menguasai kompetensi lain yang berkaitan dengan kompetensi dasarnya di jurusan TKR. Selama proses, biaya yang dikeluarkan hanya mencapai Rp 10 juta. “Biayanya tidak terlalu mahal, karena sebagian besar bahan sudah tersedia di bengkel milik UPT PPPK ini,” tutur dia.
Sementara Moge jenis cooper yang juga diikutkan dalam festival tahunan ini merupakan motor dengan kapasitas 360 cc. Mesinnya lebih unik, karena menggunakan mesin mobil Honda Live yang diproduksi pada 1960-an. Sama seperti Mahadewa, motor ini juga dapat digerakkan maju mundur. “Sebenarnya ada empat motor karya SMK yang diajukan, yakni motor sport classic Black Mamba, BMW, Mahadewa dan Moge jenis cooper berjuluk G33SMK,” kata dia.
Setelah mengikuti seleksi proposal, ternyata yang diterima untuk ikut dalam festival ini hanya dua, yakni Mahadewa dan G33SMK. “Pembuatan G33 SMK ini justru lebih rumit. Produksinya tahun lalu bahkan membutuhkan biaya sebesar Rp 25 juta,” kata dia. [tam]

Tags: