Protein Terhidrolisis Parsial Mampu Intervensi Nutrisi Anak

Para peserta saat menerima penjelasan dari tim Sarihusada seputar kesehatan anak sebelum dimulainya Nutritalk. [achmad tauriq/bhirawa]

Para peserta saat menerima penjelasan dari tim Sarihusada seputar kesehatan anak sebelum dimulainya Nutritalk. [achmad tauriq/bhirawa]

(Terhadap Alergi Protein Susu Sapi)
Surabaya, Bhirawa
Bagaimana jika anak anda memiliki alergi protein terutama dari susu sapi?  Ternyata pemberian Asi bisa mengurangi kemungkinan alergi yang diidap balita.
“Dok, saya memiliki putera berusia 1 tahun dan masih minum ASI, namun dia memiliki alergi protein susu sapi sedangkan saya sendiri masih mengkonsumsi protein susu sapi, apakah akan berpengaruh terhadap putera saya”.
Inilah sepenggal pertanyaan para peserta yang menghadiri  Nutritalk dengan tema ‘Early Life Nutrition: Dasar-dasar dan Pedoman Praktis Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi’ yang digelar di hotel JW Marriott Surabaya, Kamis (31/3) kemarin.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut Ahli Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo, DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) menjelaskan,
bahwa ASI bisa mengurangi alergi, untuk itu ASI harus tetap diberikan selama si anak menyusui.
“Sedangkan kalau ingin mengetahui apakah protein susu sapi yang ibu minum berpengaruh terhadap anak, protein susu sapi tersebut harus diminum terus menerus selama satu minggu baru akan terlihat apakah ada alergi atau tidak, akan tetapi bila diminum tidak beraturan maka tidak akan tampak alerginya,” jelasnya.
Selain itu dokter Anang mengungkapkan, anak-anak dengan kedua orang tua memiliki riwayat alergi memiliki resiko alergi sebesar 40%-60%. “Resiko ini lebih besar lagi pada anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi dan manifestasi sama, yaitu sebesar 60%-80%,” terangnya.
Untuk itu sebesar apapun resiko alergi yang dimiliki anak, penanganan sedini mungkin perlu ditempuh. “Sehingga anak terhindar dari dampak jangka panjang alergi dan tumbuh kembang tidak terhambat. Adapun penanganan tersebut adalah mengenal gejala alergi, alergen pemicu dan memantau asupan nutrisi,” ujarnya.
Sementara menurut Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo, DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) mengatakan, penyakit alergi timbul karena sistem imun anak memiliki sensitivitas yang berlebihan terhadap protein asing yang bagi individu lain tidak berbahaya.
“Anak-anak dengan risiko alergi protein susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi karena interaksi antara satu atau lebih protein susu dengan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh,” pungkasnya.
Maka dari itu dibutuhkan intervensi nutrisi yang tepat bagi anak-anak dengan risiko alergi, sehingga anak terhindar dari alergen pemicu, tapi tetap memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal.
“Intervensi nutrisi yang dapat dilakukan terhadap anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi salah satunya adalah pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial,” tuturnya.
Protein terhidrolisis parsial merupakan sebuah hasil dari teknologi yang memotong panjang rantai protein menjadi lebih pendek dan memperkecil ukuran massa molekul protein sehingga protein akan lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak.
“Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisi parsial sebagai salah satu langkah praktis dalam upaya intervensi nutrisi bagi anak dengan faktor resiko tidak toleran protein susu sapi, karena proteinnya lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak,” kata dokter Ahmad.  [riq]

Tags: