Provinsi Jatim Berpotensi Hadirkan Produk Syariah dan Halal

Jamhadi saat memberikan presentasi di salah satu Ponpes di Jatim.

Surabaya, Bhirawa
Pembina Ikatan Saudagar Muslim se Indonesia (ISMI) Jatim Jamhadi, Senin (14/8) kemarin mengatakan, bahwa Jatim punya potensi besar untuk memproduksi makanan dan minuman syariah yang halalan thoiyibah, mengingat banyaknya warga muslim dengan madrasah dan pondok pesantren yang ada di mana mana.
Seraya dipaparkan bahwa Jawa Timur dengan jumlah penduduk kurang lebih 39 juta jiwa memiliki kontribusi terbesar kedua nasional sebesar 16persen serta sebagai provinsi yang memiliki daya saing tertinggi kedua di antara provinsi-provinsi se Indonesia.
Angkatan kerja di Jawa Timur sebanyak 22 juta orang, dengan komposisi 27 persen petani, 25 persen di konstruksi, 16 persen di hotel dan distribusi, serta 5 persen di sektor transportasi dan komunikasi. Yang patut dibanggakan, dari data Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) yaitu Lembaga di bawah Nahdlatul Ulama (NU), di Jawa Timur terdapat 8.000 pondok pesantren. “Itu merupakan berkah tersendiri bagi Jawa Timur untuk mengembangkan usaha berbasis syariah,” kata Jamhadi.
Dalam menumbuh kembangkan usaha berbasis syariah termasuk di dalamnya produk halal, banyak sekali pesantren-pesantren yang menerapkan Baitul Maal wat Tamwil (BMT), sekolah hingga rumah sakit. “Untuk itu, perlu ditingkatkan lagi pengelolaannya tidak hanya bagu umat muslim tapi bagi masyarakat secara luas,” jelas Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya ini.
Diakui Jamhadi, produk halal dan bisnis syariah sangat potensi untuk Umat Islam di Indonesia. Produk halal meliputi makanan dan minuman, kosmetik bisnis syariah perhotelan, rumah sakit, BMT, transportasi, wisata religi, hingga pendidikan. Nilai bisnis halal dan syariah mencapai USD 6 miliar dengan melayani sekitar 3 miliar penduduk dunia.
“Selain peluang usaha tersebut, usaha kreatif sangat besar potensinya. Rata-rata negara yang dapat pendidikan kreatif memiliki income per kapita kaya dan sejahtera. Kita income per kapitanya masih 4000. Untuk itu, kurikulum sektor pendidikan harus adaptif dan update termasuk diajarkan menyiapkan business plan untuk ide jadi bisnis,” ujar Direktur Utama PT Tata Bumi Raya.
Jamhadi juga menyinggung tentang tantangan dunia usaha di era global ini. Menurut Jamhadi yang juga East Java Globl Economic Service ini, tantangan dunia usaha di era global meliputi daya saing usaha, birokrasi usaha, tumpang tindih peraturan perundangan terkait dunia usaha, keselarasan dan kecepatan koordinasi pusat dan daerah, logistic cost, infastruktur, upah naik terus, produktivitas dan tenaga kerja, faktor eksternal, rasio jumlah usaha belum cukup.
“Solusinya dengan kekayaan intelektual dari masyarakat Jatim, dan adanya paket kebijakan pusat dan daerah saat ini. Maka Insha Alloh tantangan yang dimaksud menjadi peluang usaha dan bisa ditingkatkan untuk kesejahteraan umat,” pungkasnya. [ma]

Tags: