Provinsi Jatim Masih Impor Susu

susuPemprov Jatim, Bhirawa
Produksi susu Jatim kini mencapai 440 ribu ton per tahun. Jumlah itu menyumbang produksi susu nasional sebesar 52 persen. Namun untuk memenuhi kebutuhan susu, hingga kini Jatim masih ditunjang dari impor.
Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Maskur MM mengatakan, berharap produksi nasional bisa meningkat agar ketergantungan impor berkurang. Saat ini produsen susu lokal masih ditopang Jatim, Jabar, dan Jateng.
Menurutnya, kini harus dikembangkan produsen di luar Jawa agar produksi bisa meningkat. “Tak hanya sentra ternaknya saja tapi juga dibangun industri pengolahan susu juga di luar Jawa yang dijadikan sentra ternak sapi perah baru,” ujarnya.
Ia mengatakan, usaha pengembangan sapi perah di Jatim cukup baik, namun harga dan kualitas susu dalam negeri masih kalah dengan susu impor. Ini karena usaha di negara maju dilakukan dengan modal besar dan skala usaha besar. Sedangkan lebih dari 95 persen usaha peternakan sapi perah di Indonesia adalah peternakan rakyat dengan kepemilikan rata-rata 2-4 ekor.
Agar susu lokal tidak dihargai rendah oleh industri, lanjut dia, maka penanganan susu secara higienis dari peternak sampai ke industri perlu dilakukan. “Untuk memenuhi permintaan industri, beberapa hal juga perlu diperhatikan apabila akan terjun dalam usaha ini. Kalau asal saja, maka kualitas susu rendah dan harga bisa murah,” tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) merencanakan peternakan sapi perah tak lagi dipusatkan di Pulau Jawa. Hal ini karena lahan peternakan sapi di Pulau Jawa tidak dapat bersaing dengan rencana perluasan lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu, harga pakan ternak di Pulau Jawa juga terbilang mahal.
“Ada dua faktor yang membuat Kementan tak lagi memusatkan sentra sapi perah di Jawa karena ketersedian lahan yang terbatas, sehingga produksi susu nasional tidak mengalami kemajuan alias mandek,” kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Syukur Iwantoro.
Untuk itu pihaknya kini segera menyusun rencana pemetaan industri peternakan sapi perah. Rencananya, tahun depan Kementan mengupayakan peternakan sapi perah plus industri pengelolaan susu (IPS) akan terpusat di Pulau Sumatera.
Menurut dia, impor susu kini mencapai 79% dari kebutuhan nasional terjadi karena kesalahan pemetaan peternakan sapi perah serta industri susu sapi nasional. Dari jumlah populasi sapi perah nasional sebanyak 634.000 ekor, sebanyak 99,47% berada di Pulau Jawa. Begitu juga dengan IPS yang seluruhnya di Pulau Jawa. Kondisi ini membuat produksi susu nasional sulit berkembang.
“Biaya pakan di Pulau Jawa juga tidak murah. Lahan hijau juga terbatas sehingga mempengaruhi performa sapi dan produktivitasnya rendah. Ini sebabnya impor susu naik karena lahan untuk peternakan sapi harus bersaing dengan lahan industri lain,” ungkapnya.
Kondisi inilah yang membuat Kementan akan peternakan sapi ke luar Pulau Jawa. Provinsi Sumatera dan Sulawesi Selatan kini kabarnya menjadi tujuan utama. Sebab, kata dia, kedua daerah tersebut memiliki lahan serta kebutuhan pakan yang tersedia. Tidak hanya memindahkan peternakan sapi perah rakyat ke daerah tersebut tapi juga meminta IPS untuk pindah. [rac]

Rate this article!
Tags: