Proyek Pemeliharaan Jalan Kota Mojokerto Diprotes

Jalan yang masih mulus itu langsung ditumpuki sirtu sehingga beayapun dapat dipastikan jauh lebih rendah dari beaya yang terterah di papan proyek sebesar Rp698.713.000. [hasan amin/bhirawa]

Jalan yang masih mulus itu langsung ditumpuki sirtu sehingga beayapun dapat dipastikan jauh lebih rendah dari beaya yang terterah di papan proyek sebesar Rp698.713.000. [hasan amin/bhirawa]

Kota Mojokerto. Bhirawa
Proyek pemeliharaan jalan raya CSE Barat tepatnya di depan Kantor Nadlatul Ulama Kota Mojokerto, yang menghabiskan dana senilai Rp698.712.000 dengan volume 383 meter, kini memasuki tahapĀ  pendasaran dengan batu kerikir dan pasir, dinilai warga proyek asal-asalan dan menghambur- hamburkan uang rakyat.
Pasalnya pengaspalan jalan sepanjang kurang lebih 800 meter dengan volume 383 meter ini sebelumnya merupakan jalan tidak rusak alias masih mulus. Namun, justru menjadi pertanyaan mengapa malah dimasukan sebagai proyek jalan yang perlu diperbaiki. Sementara pada jalan yang benar benar rusak tepatnya di depan Kantor Dinas Pertanian Kota Mojokerto yang jaraknya sekitar 1,5 km, di jalan yang sama justru tidak diperbaiki.
Padahal di jalan yang rusak penuh lubang dan berdebu ini sering menelan korban kecelakaan, karena kondisi seluruh aspal maupun batu pondasinya mengelupas hingga tersisa tanah. Seperti disampaikan Erik (40 tahun) warga Perumahan Surodinawan, Kec Pralon ini. ”Ini proyek asal-asalan karena proyek pemeliharaan jalan yang ada di depan Kantor NU Kota Mojokerto ini, terkesan hanya menghabiskan anggaran Dinas PU Kota Mojokerto di akhir tahun 2015 ini,” katanya
Hal senada juga disampaikan Anto (60 tahun) juga warga Perumahan Surodinawan menilai proyek pengaspalan ini dapat dikatakan sebagai upaya menghambur-hamburkan uang rakyat. Padahal di papan nama proyek ini dituliskan pekerjaan ini terlaksana atas partisipasi warga membayar pajak. Sementara itu, semua orang tahu jalan yang kini sedang ditumpuki aspal baru itu adalah jalan yang hotmixnya/aspalnya masih mulus atau tak ada lubang.
”Namun malah dijadikan lokasi sebagai jalan yang perlu diperbaiki. Yang perlu dibuat dan diperbaiki justru saluran airnya sebab kanan kiri jalan itu tidak ada drainagenya. Sehingga saat musim hujan jalan yang tepatnya di depan Kantor NU ini menjadi jalan kendaraan sekaligus jalannya air dari timur ke barat dan menggenang di situ,” kata Anto.
Lebih lanjut, Anto menjelaskan, jika sebuah proyek dikerjakan pada sebuah tempat yang tidak sebagaimana mestinya tentu hasilnyapun mubadzir. Maka rakyat yang palig dirugikan, dan akan melaporkan masalah ini ke DPRD Kota Mojokerto sekaligus akan berkirim surat ke instansi terkait yang mempunyai kewenangan untuk memeriksanya.
DIlain pihak, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto, Efendi hingga berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi. [min]

Tags: