Psikolog Sarankan Atur Penggunaan Gawai Anak

Roslina Verauli

Surabaya, Bhirawa
Psikolog Anak, Roslina Verauli, mengatakan pentingnya mengatur waktu yang tepat dan batasi durasi penggunaan gawai oleh anak-anak sebagai salah satu upaya mengasuh anak di tengah kemajuan teknologi.
“Misalnya saat anak mengerjakan pekerjaan rumah, ajak mereka untuk mencari materi atau contoh tambahan dari internet. Bersikaplah terbuka dan positif, maka anak-anak pun dapat berkembang dengan baik bersama kemajuan teknologi,” katanya di sela kegiatan Citi Perinting Talkshow bertajuk ” Didik Anak Jadi Generasi Cerdas Digital” yang diselenggarakan oleh Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia di salah satu sekolah di Surabaya, Rabu (18/4) kemarin.
Ia mengemukakan, orang tua tidak bisa bersikap antipati dan menutup total akses anak terhadap teknologi.
“Justru anak anda bisa saja mencari akses teknologi secara diam-diam dan terpapar informasi negatif yang tak diinginkan. Bila gawai semakin pintar, maka orang tuapun harus semakin bijak,” katanya.
Dari data yang ada, kata dia, studi multi-nasional mengenai tingkat keamanan dunia maya yang dilakukan oleh DQ Institute dan World Economic Forum di 29 negara menunjukkan rata-rata 71 persen anak usia 8-12 tahun di Indonesia berisiko terpapar bahaya siber, seperti penindasan di dunia maya (cyberbullying), kecanduan video game, online grooming, sampai dengan pelecehan seksual.
“Indikasi lainnya adalah 34 persen anak pernah terlibat dalam perilaku seksual online. Oleh karena itu, peran aktif seluruh pihak sangat dibutuhkan untuk menyiasati penggunaan teknologi yang dapat berdampak buruk bagi pola perilaku dan kesehatan mental anak-anak,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Robert Gardiner selaku Management Advisor Prestasi Junior Indonesia mengatakan, para orang tua diajak untuk menyadari pentingnya membangun keterampilan dan kecerdasan digital pada anak-anak guna mengoptimalkan potensi kemajuan teknologi.
“Kegiatan ini merupakan rangkaian program edukasi ‘Digital Financial Literacy for Children’ yang telah memasuki tahun implementasi kedua dan dimulai sejak Oktober 2017. Program yang didukung pendanaan dari Citi Foundation ini berhasil melibatkan 2.947 siswa dari 12 sekolah dasar di 5 (lima) kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan Denpasar,” ujarnya.
Pada kegiatan ini, melalui program edukasi keuangan berbasis digital yang melibatkan anak dan orang tua, Citi Indonesia bersama Prestasi Junior Indonesia ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keuangan masyarakat sekaligus membangun kesadaran positif penggunaan teknologi sejak dini.
“Saat ini, pengembangan kemampuan intelektual anak-anak perlu dilengkapi dengan keterampilan dan kecerdasan digital. Anak-anak perlu dididik bahwa telepon pintar bukan hanya dapat digunakan untuk bermain saja, tetapi juga untuk hal yang positif, seperti belajar pengelolaan uang dan mencari materi pendukung tugas sekolah,” katanya. [ant]

Tags: