PSK dan Karyawan Wisma Bacakan Sumpah – Blokade Jalan

foto geh (1)Surabaya, Bhirawa
Tidak rela Lokalisasi Dolly dan Jarak di tutup Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, ratusan PSK dan pekerja lokalisasi bacakan sumpah rakyat. Dalam sumpah tersebut, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Pembacaan sumpah rakyat yang dilaksanakan Rabu (18/6) kemarin pukul 10.00 WIB ini berlangsung di depan Jalan Raya Putat Jaya Surabaya. Selain dihadiri ratusan PSK, pembacaan sumpah rakyat ini juga disaksikan seluruh pengelola wisma dan tokoh masyarakat.
Dipimpin Udin dari Front Pekerja Lokalisasi (FPL), ada tiga butir sumpah yang dibacakan. Harapannya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mendengar tuntutan mereka yang tertuang dalam sumpah rakyat itu.
Inilah sumpah rakyat yang dibacakan Udin dihadapan ratusan PSK dan FPL serta tokoh masyarakat. Satu, kami pekerja lokalisasi bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan. Dua, kami pekerja lokalisasi bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan. Tiga, kami pekerja lokalisasi bersumpah, berbahasa satu, bahasa kebenaran tanpa kebohongan.
Usai membacakan sumpah rakyat ini, ratusan PSK dan para pekerja lokalisasi, berteriak riang, menyambut pembacaan sumpah rakyat ini. Selain mengucapkan sumpah rakyat, ratusan PSK dan pengelola lokalisasi juga membacakan sikap, tunduk tertindas atau bangkit melawan. Dan mereka mengatakan, jika ada yang mundur, hal itu dianggap sebagai sebuah pengkhianatan.
Selain membacakan sumpah rakyat, ratusan PSK dan Front Pekerja Lokalisasi (FPL) juga membakar surat undangan dari Kecamatan Sawahan yang ditujukan kepada para PSK dan mucikari se-Kelurahan Putat Jaya.
Ratusan surat undangan dari Kecamatan Sawahan tersebut, kemudian dibakar dengan menggunakan wadah dua ban karet, yang diletakkan di pinggir jalan. Satu persatu, para PSK dan mucikari yang menerima surat undangan tersebut, meletakkan surat undangan itu di api yang menyala.
Lebih lanjut Udin mengatakan, sebagai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini berkepala batu. Pembakaran udangan dari Kecamatan Sawahan itu sebagai bentuk perlawanan mereka atas sikap Wali Kota Surabaya yang tidak berpihak kepada rakyat kecil dan bertindak sewenang-wenang.
“Ayo kawan-kawan, kita rapatkan barisan. Jangan ada yang berdiri di pinggir. Semua harap berdiri di sisi Kiri dan Kanan Jalan. Kita tunjukkan kepada Pemkot Surabaya, bahwa kita ada. Kita tunjukkan ke Risma bahwa warga Lokalisasi Dolly dan Jarak kompak, menolak penutupan lokalisasi, ” ujar Udin.
Usai membacakan sumpah rakyat dan membakar surat undangan dari Kecamatan Sawahan itu, ratusan PSK berjoged kegirangan. Dengan tegas, mereka tidak akan menerima uang kompensasi yang dijanjikan Pemkot Surabaya melalui Dinas Sosial Pemkot Surabaya.
Sementara itu pantauan Bhirawa di lapangan, tidak ingin ada aparat yang masuk ke lokalisasi Dolly dan Jarak, 19 rukun tetangga (RT) Kelurahan Putat tutup akses jalan ke lokalisasi. Selain itu, warga juga menghentikan seluruh aktivitas di lokalisasi Dolly dan Jarak.
Penutupan itu dilakukan warga sekitar Lokalisasi Dolly dan Jarak mulai pukul 04.30 Wib. Hingga pukul 12.00 WIB ini, warga masih menempatkan kayu, kursi bahkan tiang bendera, untuk menutup semua akses jalan menuju Lokalisasi Dolly dan Jarak.
Saputro, Koordinator Front Pekerja Lokalisasi (FPL) mengatakan, penutupan akses jalan ini dilakukan hingga Pemkot Surabaya menunda penutupan Lokalisasi Dolly dan Jarak, yang rencananya akan dilakukan malam nanti.
“Ada tujuh akses jalan menuju lokalisasi yang ditutup warga. Diantaranya, Jalan Kupang pasar burung arah ke Jalan Dukuh Kupang, Jalan Banyu Urip, Jalan Ronggowarsito, dan Jalan Kembang Kuning Surabaya, ” ujar Saputro.
Sementara itu ratusan orang dari ormas Islam yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim menyatakan dukungannya kepada Wali Kota Risma untuk menutup lokalisasi Dolly dan jarak. Mereka menggelar tabliq akbar dan mimbar bebas di depan Gedung Negara Grahadi.
”Jangan menambah kedzoliman di negeri kita ini. Kita datang disini karena terharu dengan kondisi bangsa ini. Karena selama ini masih ada maksiat dan ada perputaran uang yang asalnya dari hasil maksiat,” kata ustad Azis, salah satu peserta aksi dari FPI, Rabu (18/6).
Mereka juga tak henti-hentinya meneriakkan takbir selama melakukan aksi. Peserta aksi juga bersholawat dan istighfar bersama sama sebagai tanda rasa syukur ditutupnya lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara.
Selain melakukan tauziah secara bergantian dari 58 ormas, massa juga membentangkan spanduk dan poster dukungan penutupan lokalisasi. Diantaranya, ‘Dolly Was Closed, Jangan Coba-coba Buka Lagi’, ‘Ayo Dulur Dukung Bu Risma Tutup Dolly’ dan ‘Tutup Lokalisasi Prostitusi Dolly, Selamatkan Generasi Raih Ridho Ilahi’.
Meski aksi yang dilakukan tidak memakan lajur jalan, namun tetap saja lalu lintas di kawasan jalan Gubernur Suryo menjadi padat, karena pengendara mengurangi laju kendaraannya untuk melihat tabligh akbar yang diikuti ratusan orang yang mengenakan busana muslim. [geh.dre]

Tags: