PSK Dolly Tolak Penutupan melalui Pentas Teater

16-PSK DollySurabaya, Bhirawa
Rencana Pemerintah Kota Surabaya menutup lokalisasi Dolly 18 Juni 2014 menimbulkan banyak respon pro dan kontra tersendiri bagi kalangan warga Indonesia khususnya Jawa Timur dan Surabaya, mengingat Dolly merupakan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara.
Perlawananpun dilakukan , salah satunya dengan menggelar panggung teater yang dilakonkan sejumlah PSK di Dolly. Pertunjukan digagas oleh Front Pekerja Lokalisasi (FPL) dan dibantu oleh beberapa seniman teater di Surabaya dari penulisan naskah hingga tim kreatif panggung.
Aksi penolakan melalui media kesenian ini mengangkat judul ” Dolly Riwayatmu Kini”. Dengan mengambil setting di lokalisasi Wisma Studio, pertunjukan dimulai dengan munculnya. Sosok Wali kota yang menegaskan, ” Dolly akan ditutup tanggal 18 Juni”.
Berlanjut dengan perdebatan antara tiga orang PSK Dolly yang mengkritisi rencana pemerintah tersebut. ” Bu Wali kota sedang asik bermain telenovela. Menangis di depan kamera. Merengek-rengek seakan tahu betul nasib kita,” ujar salah seorang PSK.
” Resiko jadi pemimpin, jangan cengeng di depan umum,” sahut PSK lain.
Dari penggalan dialog tersebut, lantas muncul kembali sosok Wali kota perempuan yang kembali menegaskan tekadnya menutup Dolly. Dukungan dari Ormas pun berdatangan. Hingga Gubernur Jatim pun ikut memastikan penutupan Dolly.
Hingga seorang PSK dengan lantang menjawab, ” Dalih moral, agama, dan kesehatan serta penyelamatan anak-anak di sekitar lokalisasi hanya alibi pemerintah untuk mengadu domba masyarakat yang selama ini hidup rukun dengan kearifan lokal. Masalah moral dan agama adalah privasi individu yang bersinggungan langsung dengan kontrak sosial dan kearifan lokal. Jadi hormati kami, urus saja moral kalian sendiri,” tegas PSK pada Wali kota dan Gubernur.
Seperti diketahui, naskah yang menceritakan tentang kemelut pro dan kontra terhadap pemkot Surabaya yang rencananya akan menutup lokalisasi Dolly. Sementara, para pemain teater ini secara murni terdiri dari warga, PKL dan para perempuan pekerja malam, serta pelayan wisma di lokalisasi tersebut.
Menurutnya pertunjukan ini, Setting Area ini sengaja dibikin dua area, diantaranya yakni, setting wisma untuk display para Perempuan Pekerja Malam dan setting ruangan lantai dua area Balai Kota.
Dian (35), seorang pekerja malam yang sekaligus salah satu aktris pertunjukan teater ini, mengatakan bahwa penutupan tanggal 18 Juni 2014 besok itu, sama halnya dengan membunuh mata pencaharian ribuan orang khususnya yang menggantungkan hidupnya dari lokalisasi Dolly ini.
” Kami tidak setuju, dengan alasan bahwa lokalisasi ini sudah menjadi mata pencaharian kami sehari-hari. Kalau ini ditutup, apa pemerintah mau tanggungjawab kepada ribuan pekerja dan warga seperti kami ini ? Sedangkan, mereka hanya bisa menjanjikan uang pesangon sebesar Rp 5 jt dan pelatihan keterampilan selama 3 hari, apa itu cukup ?” curhat Dian sambil berharap bahwa pemerintah tidak kjjadi menutup lokalisasi ini.
Dalam pertunjukan yang dimainkan oleh para PSK Dolly tersebut, sengaja dikemas dalam bentuk pertunjukan teater agar pesan yang disampaikan bisa lebih utuh. Bahkan, bahasa perlawanan melalui wadah kesenian juga menjadi bentuk upaya menyampaikan aspirasi para PSK dengan cara lebih santun dan terhormat.
Ketua Front Pekerja Lokalisasi Dolly, Saputro, mengatakan aksi teatrikal ini merupakan bentuk protes para Perempuan Pekerja Malam Dolly ini terhadap pemerintah kota Surabaya. Dimana, mereka yang sudah sekian lama tinggal dan menetap disini ini dipaksa harus melepaskan mata pencahariannya itu.
” Jika pemerintah memiliki dalih bahwa penutupan ini untuk menyelamatkan moral bangsa, kami hanya bisa bilang, urus saja moral kalian (pemerintah) sendiri,” tegas pria yang akrab disapa Pokemon ini, Sabtu (14/6) sore.
Jika sebelumnya warga lokalisasi Dolly telah melakukan aksi protes dengan menggelar aksi demo dan long march di sekitar area lokalisasi, hingga menuliskan surat untuk Presiden RI dan Komnas HAM, kini penolakan dilakukan dengan aksi pertunjukan teater. [geh]

Tags: