PSSI (mulai) “Bergerak”

Piala Presiden 2017, akan ditangani oleh PSSI, tanpa operator pihak ketiga. Ini menjadi penyelenggaraan kedua Piala Presiden, sekaligus ujicoba kinerja pengurus baru. Terasa adanya perubahan, yang diharapkan menjadi “angin segar” pemain muda. Sekaligus mengatur penampilan pemain asing. Serta kewajiban pensiun dini untuk pemain berusia di atas 35 tahun. Seluruh peraturan dan sistem pertanindingan akan dilanjutkan pada penyelenggaraan Liga 1 Indonesia.
Sebanyak 20 klub akan berlaga pada Piala Presiden, separuhnya eks-perserikatan (klub milik pemerintah daerah). Dulu, urusan sepakbola dibawahkan oleh pemerintah daerah. Sehingga hampir setiap daerah memiliki klub. Terutama daerah yang memiliki anggaran cukup besar. Misalnya, Jakarta memiliki Persija. Bandung memiliki Persib, serta Surabaya memiliki Persebaya.
Di luar Jawa, terdapat klub tangguh eks-perserikatan. Ada PSM (milik Pemda Ujungpandang). Di Medan terdapat PSMS, serta di Papua terdapat Persipura. Seiring pembenahan perundang-undangan pemerintah daerah (dan UU Sistem Keolahragaaan Nasional), klub sepakbola harus mandiri. Sejak itu banyak perserikatan daerah kelimpungan, tidak mampu berprestasi. Tidak mampu bertahan, berujung pembubaran.
Keberlangsungan klub, kini sangat bergantung keuangan. Klub kaya dapat merekrut pemain dengan kualifikasi dan kompetensi memadai. Tak terkecuali mendatangkan pemain asing. Sehingga prestasi (peringkat dalam liga Indonesia) terdongkrak. Sebaliknya, klub miskin, setiap saat terancam degradasi, karena tidak mampu bersaing dalam prestasi. Persebaya, telah mengalami paceklik keuangan, prestasinya terus menurun. Lebih lagi manajemen yang tak akur.
Profesionalitas klub sepakbola, sesungguhnya bisa menjadi potensi bahaya untuk PSSI. Sebab, sebagian besar klub dikelola oleh tokoh daerah, terutama kerabat pejabat. Misalnya, anak kepala daerah menjadi manajer klub. Bahayanya, manakala biaya klub diambilkan dari APBD. Itu dilarang berdasar UU Nomor 24 tahun 2014 tentang Otonomi Daerah. Karena kepala daerah harus menghidupi seluruh cabang olahraga secara sepadan. Bukan hanya sepakbola.
Hanya perserikatan yang “cerdas” dan berdedikasi yang bisa bertahan. Berubah status menjadi klub sepakbola profesional. Hingga kini, banyak eks-perserikatan menjadi klub yang sangat disegani. Misalnya, Persib (Bandung), juara Piala Presiden (pertama, tahun 2015). Juga ada PSM (Makasar) yang cukup disegani. Keduanya tampil pada Piala Presiden 2017 sebagai klub yang di-favorit-kan.
Lima stadion dijadikan lokasi ajang tanding, tersebar di lima base-camp klub. Yakni, stadion (Maguwoharjo, Sleman, DIY), Kanjuruhan (Malang), Soreang (Bandung), I Wayan Dipta (Gianyar, Bali) dan Ratu Pamelingan (Pamekasan, Madura). PSSI coba pertauran baru yang tidak bertele-tele, diadopsi dari Piala Raja Spanyol. Pada babak perempatan final akan diikuti 8 klub, terdiri dari lima klub yang merupakan juara grup ditambah dengan tiga peringkat dua terbaik.
Babak perempat final, semifinal, dan final akan berformat laga tunggal, bukan berupa dobel laga (tandang dan kang). Serta digelar di tempat netral, di luar daerah klub yang sedang bertanding. Seluruhnya terdapat 40 pertandingan, grand-final pada awal Maret. Setelah itu, PSSI segera memulai kompetisi Liga-1 Indonesia 2017.
Format laga tunggal (tidak bertele-tele), konon, untuk mewujudkan asas pertandingan “fair play.” Bebas dari pengaturan skor, serta suap wasit yang selama ini menghancurkan dedikasi pemain sepakbola. Setiap klub akan berupaya menjadi yang terbaik, pantang “mengalah” karena suap. Terbukti, kemenangan pada pertandingan fase grup hanya terpaut satu gol. Walau masih terdapat kinerja (keputusan) wasit yang tidak tepat.
PSSI (yang baru) sudah memulai kinerjanya. Tetapi beban PSSI bukan hanya pertandingan Piala Presiden, serta Liga-1 Indonesia. Melainkan pembinaan prestasi dan rekrutmen pemain timnas pada ajang internasional. Juga penataan ke-liar-an suporter yang sering berbuat anarkhis.

                                                                                                                     ——— 000 ———

Rate this article!
Tags: