PT Charoen akan Buka RPH Unggas di Bondowoso, Komitmen Serap 80 Persen Pekerja Lokal

Kepala Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bondowoso, Syahrial Fary, ST MSi, saat memantau pembangunan Rumah potong hewan (RPH) unggas di Kecamatan Klabang. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa.
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk saat ini tengah melakukan proses pembangunan di lahan seluas 4,5 hektar di Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso. Direncanakan sebagai rumah potong hewan (RPH) unggas. Rumah potong hewan (RPH) unggas tersebut berkapasitas hingga 6.000 ekor per jam. Diperkirakan pada Januari 2022 mendatang sudah akan beroperasi. RPH ini merupakan cabang ke dua di Jatim, yang bertujuan untuk membantu pemerintah terkait penyerapan ayam.

Legal PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Agustinus Rian, menjelaskan, pihaknya membangun rumah potong hewan unggas di kawasan timur Provinsi Jawa Timur ini, untuk bisa menyerap ayam-ayam peternak yang ada di kawasan tersebut.

Khususnya, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Banyuwangi, Jember dan Lumajang. “Kapasitas kita sesuaikan dengan lumbung ayam di kawasan itu (Timur Provinsi Jatim, red), yakni 6.000 ekor per jam,” ungkapnya, Minggu (19/9).

Pihaknya, memastikan bahwa penyerapan ayamnya akan mengedepankan milik peternak asal Bondowoso. Terlebih memang sejak beberapa tahun lalu pihaknya sudah memiliki empat kemitraan ayam di Bondowoso. Bahkan ke depan kata dia, pihaknya terbuka bagi siapapun yang hendak menjalin kemitraan ternak ayam dengan perusahaannya. “Disini kami ada sekitar empat lokasian mitra. Tapi, tidak menutup kemungkinan menyerap dari peternak disini. Karena mengingat kapasitas yang besar tadi itu,” katanya.

Agus menjelaskan, untuk ayam ada spesifikasi tertentu. Salah satunya, harus ayam boiler. Sedangkan, ayam yang telah dipotongnya ini selanjutnya akan dipasarkan di ritel-ritel. Seperti, Prima Fresh Mart, kemudian kerjasama dengan McD, KFC, hingga eksport ke Jepang dan Timor Leste.

Di samping itu, PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk berkomitmen penyerapan tenaga kerjanya 80 persen merupakan warga Kota Tape. Sisanya, barulah akan menyerap tenaga kerja dari Kabupaten sekitar. “Kalau kita komitmennya 80 persen masyarakat Bondowoso,” ungkap Agus.

Di awal sendiri kata dia, penyerapan tenaga kerja diperkirakan sekitar 100 orang. Mengingat masih masa percobaan. “Tapi tidak menutup kemungkinan bisa dua hingga tiga kali lipat dari penyerapan awal, untuk ke depannya,” tuturnya.

Ia menyebut komitmen penyerapan tenaga kerja ini bisa dilihat datanya melalui Dinas Tenaga Kerja Kabupaten. Karena saat pelaporan administrasi wajib mencantumkan nama-nama pekerja ke dinas tersebut. Selain itu, pihaknya juga sudah melaksanakan MoU dengan pihak Kecamatan Klabang. Terkait, memperhatikan kebutuhan tenaga kerja lokal. Dijelaskannya, dengan hadirnya investasi RPH unggas yang nilainya mencapai Rp 200 miliar ini, disambut dengan tangan terbuka oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso.

Namun begitu, menurut Kepala Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bondowoso, Syahrial Fary, ST MSi, tentulah harus memenuhi berbagai persyaratan yang wajib disetorkan sebagai investor. Mulai dari kajian analisa tekhnis terkait tata ruang, uji UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) dan lainnya. “Terkait ijin prinsip, IMB dan lainnya sudah tak ada masalah. Karena Dinas PTSP sudah mengeluarkan itu,” katanya.

Ia menyebutkan, hadirnya pabrik RPH berskala besar ini bukan hanya berdampak baik terhadap penyerapan tenaga kerja dan peternakan Bondowoso. Namun, juga akan berdampak baik terhadap BUMD Bondowoso dalam hal ini PDAM setempat. Karena, PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk sudah menjalin kerjasama dengan PDAM untuk memenuhi kebutuhan air. “Menggunakan air yang dikelola oleh PDAM,” ujarnya.[san]

Tags: