PT Garam Dapat Tambahan Lahan Seluas 225 Hektar di NTT

Lahan pegaraman di Sumenep milik PT Garam (Persero). [samsul Ar/bhirawa]

Sumenep, Bhirawa
Direktur Utama PT Garam (Persero), Budi Sasongko mengaku mendapatkan penambahan lahan hak guna usaha seluas 225 hektar di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dari Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Republik Indonesia. Penambahan lahan produksi garam itu dimaksudkan untuk persiapan swasembada garam pada tahun 2019. “Menteri Agraria dan Tata Ruang RI memberikan tambahan lahan hak guna usaha seluas 225 hektar kepada kami. Lahan baru ini bisa kami kembangkan pada masa musim produksi tahun depan,” kata Dirut PT Garam (Persero), Budi Sasongko, Senin (23/10).
Ia menyampaikan, penambahan lahan produktif ini dalam rangka mempercepat swasembada garam pada tahun 2019 sebagaimana ditargetkan oleh pemerintah pusat. Rencananya, PT Garam akan memanfaatkan lahan tersebut untuk peningkatan produksi garam tahun 2018. “Kami akan memanfaatkan lahan produktif itu secara baik untuk meningkatkan produksi garam Indonesia menyambut swasembada garam nasional. Kesempatan ini akan kami gunakan semaksimal mungkin,” ucapnya.
Sesuai data di KKP, dari 40 ribu hektar lahan potensial untuk dikembangkan di Indonesia, baru sekitar 29 ribu hektar yang sudah tergarap. Padahal, kalau lahan seluas antara 40 ribu-50 ribu hektar itu bisa dikelola dengan maksimal, pasti bisa memproduksi garam sekitar 5 juta ton setiap musim produksi. “Kalau produksi garam bisa mencapai 5 juta ton, Indonesia sudah pasti bisa swasembada garam, bahkan Indonesia dapat dikatakan telah berdaulat dalam garam nasional,” ujarnya.
Saat ini PT Garam memiliki 5 ribu hektar lahan. Namun yang dimanfaatkan untuk lahan produksi garam hanya sekitar 4 ribu hektar. Sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk bangunan kantor dan gudang. Dengan adanya penambahan lahan sekitar 225 hektar di NTT, berarti luas lahan yang ada di Indonesia timur itu total seluas 700-800 hektar. “Dengan penambahan lahan seluas 225 hektar itu, produksi garam untuk diwilayah Kupang NTT itu bisa mencapai 100 ton garam, jadi tahun depan sudah ada penambahan hasil produksi lah,” tambahnya.
Ia juga mengaku akan mengembangkan lahan produktif diwilayah Sumbawa. Diisana ada sekitar 3.000 herkat lahan potensial yang bisa dikembangkan untuk produksi garam. Saat ini lahan tersebut belum tersentuh sama sekali. “Tahun depan kami juga akan garap lahan itu. Awal tahun depan kami akan datang ke lokasi di Sumbawa itu untuk melihat potensi lahan produktif yang ada,” tukasnya. [sul]

Tags: