PT SI Bangun WHRPG di Pabrik Tuban

Direktur Hukum dan SDM Semen Indonesia Gatot Kustyadji (dua dari kanan) memberikan paparan mengenahi upaya Semen Indoesia dalam melestarikan lingkungan di gedung DPR RI Kamis (3/3). [istimewa/bhirawa]

Direktur Hukum dan SDM Semen Indonesia Gatot Kustyadji (dua dari kanan) memberikan paparan mengenahi upaya Semen Indoesia dalam melestarikan lingkungan di gedung DPR RI Kamis (3/3). [istimewa/bhirawa]

Gresik, Bhirawa
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk telah berhasil memanfaatkan panas gas buang dalam proses pembuatan semen menjadi energi. PT Semen Indonesia Group merupakan pioner memanfaatkan panas gas buang menjadi energi listrik, melalui Proyek Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG).
Pabrik Semen Padang sebagai salah satu anak usaha Perseroan telah berhasil membangun WHRPG di Indarung V, yang memiliki kapasitas sekitar 8,3 MW per tahun. Dan akan berkontribusi dalam upaya mengurangi emisi CO2, sebagai penyumbang gas rumah kaca sebesar 43 ribu ton per tahun.
Direktur Hukum dan SDM Semen Indonesia, Gatot Kustyadji, dalam diskusi publik dengan tema Harmonisasi Industri dan Lingkungan yang digelar Kamis (3/3) di Gedung DPR RI Jakarta mengatakan,  pembangunan proyek WHRPG berlanjut di Pabrik Tuban, dengan kapasitas sekitar 30,6 MW atau akan menghemat biaya operasional sekitar Rp120 miliar per tahun. Dan berkontribusi mengurangi emisi CO2 sekitar 122 ribu ton per tahun, Implementasi proyek WHRPG akan diterapkan diseluruh pabrik di Semen Indonesia Group yang memiliki potensi berkontribusi bagi pengurangan emisi CO2 lebih dari 300 ribu ton per  tahun.
Dalam proses produksi, perseroan telah melakukan efisiensi dalam penggunaan berbagai Sumber Daya Alam. Termasuk penggunaan air yang mampu menekan pemakaian air sebesar 20,2%, serta memanfaatkan air permukaan atau air limbah domestik dan air hujan sebesar 72,5%. Perusahaan juga mengedepankan prinsip 3R (Reuse, Reduce and Recycle), ke dalam proses produksi semen secara terkendali dan aman bagi lingkungan.
”Perseroan bahkan menjadi solusi bagi pengolahan limbah B3 dari industri lain, untuk menghemat bahan baku alam dan turut mengurangi limbah B3 di Indonesia. Perseroan menggunakan fly ash (limbah pembakaran batubara), cooper slag (limbah pabrik besi), paper sludge (limbah pabrik kertas) dan lainnya sebagai substitusi bahan baku dengan pengolaan secara co-processing,” ujar Gatot Kustyadji.
Secara tak langsung, perseroan turut memberikan kontribusi bagi implementasi kebijakan pemerintah dalam pembangunan di Indonesia. Seperti proyek listrik 35 ribu MW, yang memiliki potensi menghasilkan limbah dalam bentuk fly ash dan bottom ash sekitar 7 juta ton. Kapasitas pabrik Semen Indonesia Group di Indonesia yang mencapai 29 juta ton, tentu akan berperan besar turut menyerap limbah fly ash itu untuk menggantikan bahan baku dari alam.
Dalam upaya pengelolaan sambah kota, Perseroan juga mengembangkan proyek Waste to Zero di Kota Gresik dengan memanfaatkan sampah di TPA Ngipik. Selama ini Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang digunakan untuk pembuangan sampah di Kab Gresik sebesar 6 ha dengan deposit sampah sebesar 210 ribu ton. Sedangkan, penambahan sampah  per hari mencapai 220 ton.
”Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan pengolahan sampah ini, diantaranya mengurangi kebutuhan luasan lahan untuk TPA sampah kota sebesar 2,2 ha per tahun. Bisa mengurangi bahan-bahan pencemar tanah, dari sampah ke lingkungan dan pembukaan lapangan pekerjaan baru karena pabrik ini akan beroperasi selama 24 jam,” kata Gatot Kustyadji.
Selain itu, Industri semen ternyata tak hanya berperan sebagai pendukung pembangunan di bidang infrastruktur dan perumahan dengan penyediaan semen sebagai salah satu bahan utama. Namun lebih dari itu, industri semen ternyata dapat berkontribusi bagi pengelolaan limbah B3 dan limbah lainnya. Untuk itu, perlu regulasi yang lebih mendukung dalam upaya pemanfaatan limbah B3 untuk bahan baku semen di Indonesia.
Lebih dari itu, tentu perlu didorong insentif bagi industri untuk terus melaksanakan R and D (Reserch and Development), guna pemanfaatan limban sebagai bahan baku maupun bahan bakar alternatif. PT Semen Indonesia serius dalam menangani lingkungan, sesuai dengan komitmen perseroan dalam mengimplementasikan Triple Bottom Line (Profit, People dan Planet). Secara berimbang dan berkesinambungan, dalam rangka mewujudkan strategi untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Ditambahkan Gatot Kustyadji, atas komitmen dan konsistensi itu maka perseroan menerima berbagai penghargaan lingkungan tingkat nasional, maupun internasional seperti penghargaan industri hijau dari Kementerian Perindustrian sejak tahun 2011. The Best Indonesia Green Award 2014, untuk lima kategori sekaligus. Kategori itu adalah penyelamatan sumber daya air, mengembangkan dan menggunakan energi baru dan terbarukan, mengembangkan keanekaragaman hayati, mempelopori pencegahan polusi dan mengembangkan pengolahan sampah terpadu. Pengahrgaan kategori ASEAN Energy Managamant Award, dan ASEAN Coal Award oleh ASEAN Center For Energy. [kim]

Rate this article!
Tags: