PT Unilever Lakukan Terobosan Besar Pangan Masa Depan atau Future Foods

Kegiatan di Unilever Indonesia.

Surabaya, Bhirawa.
Unilever menetapkan target penjualan baru dari bisnis alternatif daging dan susu nabati yang akan mencapai €1 miliar untuk lima hingga tujuh tahun ke depan. Pertumbuhan ini akan didorong melalui berbagai produk Unilever seperti The Vegetarian Butcher dan alternatif vegan dari merek-merek termasuk Hellmann’s, Magnum, dan Wall’s. Target ini merupakan bagian dari ambisi Unilever terkait Future Foods atau Pangan Masa Depan yang diluncurkan hari ini dengan dua tujuan utama, yaitu: membantu masyarakat melakukan transisi menuju pola makan yang lebih sehat dan mengurangi dampak lingkungan dari rantai makanan.

Unilever sebagai produsen merek-merek ternama seperti Lipton, Ben & Jerry, Magnum, Bango, Royco, Buavita, Sari Wangi, dan Wall’s juga berkomitmen untuk memangkas sisa limbah makanan hingga separuhnya pada tahun 2025, di sepanjang rantai operasional langsung Unilever dari pabrik hingga rak – lima tahun lebih cepat daripada komitmen awal (sebagai bagian dari target Champions 12.3 coalition).

Menggandakan jumlah produk yang memberikan nutrisi baik – didefinisikan sebagai produk yang mengandung jumlah sayuran, buah-buahan, protein, atau nutrien mikro seperti vitamin, zinc, zat besi, dan iodium yang berdampak besar – pada tahun 2025.

Terus berupaya mengurangi kandungan kalori, garam, dan gula di semua produk. Setidaknya 85% dari portofolio makanan Unilever akan mendukung pola makan yang memberikan asupan maksimal 5gr garam per hari pada tahun 2021. Dalam hal es krim kemasan, 95% produk akan mengandung kurang dari 22gr gula total dan 250 Kkal per porsi pada tahun 2025 Hanneke.

Presiden Divisi Foods & Refreshment Unilever, mengatakan, sebagai salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia, pihaknya memiliki peran yang besar dan penting dalam membantu melakukan transformasi pada sistem pangan global.

“Kami tidak bisa menentukan apa yang dikonsumsi oleh masyarakat, tetapi kami bisa mengupayakan agar makanan dengan alternatif nabati dan lebih sehat bisa diakses oleh semua orang. Ini merupakan target yang sangat berani dan luas, tapi ini adalah komitmen kami untuk bisa menjadi force for goods, atau untuk menjadi kekuatan pendorong kebaikan,” kata dia.

Sudah diakui secara luas bahwa sistem pangan global saat ini tidak adil dan tidak efisien. Satu miliar orang di seluruh dunia kelaparan, sementara dua miliar lainnya mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Seper tiga dari semua makanan yang diproduksi terbuang begitu saja.

Peternakan adalah kontributor terbesar kedua dari emisi gas rumah kaca (GRK) sesudah bahan bakar fosil, dan menjadi penyebab utama deforestasi, polusi air dan udara, serta punahnya keanekaragaman hayati. Laporan EAT-Lancet 2019 menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan makanan nabati dan lebih sedikit makanan hewani akan memberikan lebih banyak manfaat bagi kesehatan dan lingkungan.

Jessica Fanzo, Bloomberg Distinguished Associate Professor bidang Kebijakan dan Etika Makanan & Pertanian Global di Universitas Johns Hopkins dan salah satu penyusun laporan EAT-Lancer mengatakan, pola makan harian masyarakat perlu berubah secara drastis selama tiga dekade ke depan untuk memastikan setiap orang mendapatkan makanan tanpa mengeksploitasi sumber daya planet ini.

Dengan meningkatkan produksi makanan dan melindungi lingkungan makanan, mentransformasi kebiasaan makan, serta mengurangi sampah makanan, kita dapat mulai menyelesaikan berbagai masalah. Komitmen Unilever adalah bagian tidak terpisahkan dalam membantu masyarakat melakukan perubahan pola makan dengan produk-produk makanan yang lebih sehat, berkelanjutan, mudah diakses, dan terjangkau bagi konsumen.[ma]

Tags: