PTM Terbatas, Selamatkan Generasi Penerus Bangsa

Oleh :
Fathur Rohman
Dosen Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng

Beberapa hari ini penyebaran varian covid 19 mulai merebak lagi di negeri ini meskipun menurut hasil penelitian oleh beberapa pihak gejalanya jauh lebih ringan dari varian-varian sebelumnya, demikian juga efeknya jauh lebih ringan dari sebelum-sebelumnya bila dibandingkan dengan awal awal kemunculan penyebaran covid 19. Beberapa bidang kehidupan terkena dampaknya termasuk bidang pendidikan mulai sekolah sampai perguran tinggi.

Di antara dampak yang dialami oleh bidang pendidikan adalah lembaga pendidikan tidak bisa melaksanakan pembelajaran dengan tatap muka secara normal selama kurang lebih dua tahun, berjibaku semua pihak berusaha menghalangi penyebaran virus ini mulai dari cara penyekatan, meliburkan kegiatan, penututupan jalan, penutupan tempat keramaian, karantina, tes, trasing, vaksinasi, dan lain-lain.

Banyak lembaga pendidikan yang mematuhi aturan itu yaitu tidak menyelenggarakan pembelajaran tatap muka dan menggantinya secara daring dengan alasan mencegah penyebaran virus untuk menyelamatkan nyawa manusia, kesehatan, dan lain-lain, karena saat itu memang kasus kematian dan yang sakit karena virus ini begitu banyak dan menghawatirkan saat itu. Bidang ekonomi juga lebih terpuruk lagi, bayak perusahan tutup, banyak orang kehilangan pekerjaannya, dan lain-lain.

Pemerintah dengan cepat melakukan langkah-langkah yang terukur sehingga keadaan itu bisa dikendalikan dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangannya. Semua pihak menyadari bahwa roda kehidupan harus terus berlangsung baik ekonomi, sosial, pendidikan, politik, dan lain-lain sehingga dibuatlah aturan yang bisa mengakomodir semuanya yaitu nyawa dan kesehatan manusia tetap terselamatkan, perekonomian selamat, dan efek buruk dari pembelajaran daring juga bisa teratasi dengan cara menerapkan protokol kesehatan ketat dalam kegiatan kegiatan tersebut.

Dua tahunan pembelajaran daring banyak membwa efek buruk diantaranya adalah banyak dijumpai anak-akan usia sekolah dan remaja kecanduan media online, game, dan lain-lain, sehingga di beberapa daerah dijumpai ada yang mengalami ganguan jiwa karena kecanduan HP atau game. Selain itu, pembentukan karakter yang selama ini ditugaskan kepada lembaga pendidikan juga tidak terlaksana secara maksimal karena tidak adanya rutinitas pembiasaan karakter baik yang selama ini dididik dan dibiasakan kepada para peserta didik di lembaga pendidikan, seakan ada pilihan lebih mementingkan menjaga kesehatan fisik atau menjaga kesehatan mental dan pembentukan karakter generasi penerus bangsa ini.

Pendidikan karakter sosial seperti sopan santun, gotong royong, tegur sapa, bekerjasama sama, pergaulan yang baik, pembiasaan penerapan akhlakul karimah, dan lain-lain yang selama ini bisa dikembangkan dengan baik juga tidak bisa dilaksanakan secara maksimal dengan pembelajaran daring karena pembelajaran daring hanya berorientasi pada penyampaian materi dan penyelesaian tugas-tugas, baik tulis atau berupa vidio.

Kemendikbutristek membuat pilihan tepat dengan tetap menjalankan pembelajaran tatap muka dengan syarat melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat dan seluruh yang terlibat dalam proses belajar mengajar tatap muka harus sudah divaksin karena itu usaha untuk menyelamatkan dua hal penting yaitu pertama; pendidikan tatap muka bertujuan menyelamatkan pembentukan karakter baik generasi penerus bangsa ini melalui lembaga pendidikan yang selama ini sudah terbukti berhasil membentuk karakter pribadi yang baik melalui proses pembiasaan karakter baik peserta didik di dalam lingkungan lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi.

Hal kedua yang hendak diselamatkan dengan penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi adalah kesehatan dan keselamatan jiwa generasi penerus bangsa ini, sehingga harapannya adalah generasi bangsa ini tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga memiliki karakter yang baik agar bisa meneruskan memimpin, megelola dan membawa negeri ini ke arah yang lebih baik suatu saat nanti.

Bila dulu menghentikan pembelajaran tatap muka saat semua perangkat untuk melawan penyebaran virus ini belum siap, seperti belum dilakukannya vaksinasi dan berdasar pada peraturan pemerintah adalah hal yang tepat, namun untuk saat ini tidak lagi tepat karena perangkatnya sudah ada dan aturan pemerintah (SKB 4 Menteri) telah memerintahkan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas.

Perlu disadari oleh kita semua, para peserta didik seandainya tidak diselenggarakannya PTM terbatas, mereka tidak semuanya terus terusan di dalam rumah dan tidak keluar kemana mana, tetapi mereka tetap akan mencari komunitasnya sendiri sendiri tanpa adanya pengawasan yang optimal dari orang orang di sekitarnya seperti orang tua mereka misalnya karena orang tau mereka juga disubukkan dengan bekerja untuk membiayai kehidupan keluarganya, apalagi masyarakat di sekitarnya, teman-temannya, dan lain-lain bisa dibayangkan bagaimana penerapan protokal kesehatan yang mereka jalankan. Sedangkan bila mereka berada di dalam lingkungan lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi peserta didik akan mendapatkan pengawasan yang lebih baik dari para gurunya, dan pihak-pihak terkait, khususnya dalam penerapan protokol kesehatan, pergaulan mereka bisa lebih diawasi, cara duduk dan hal sosial lainnya bisa lebih ditata, diarahkan, dan lain-lain dari pada mereka dibiarkan berada di luar sana (selain di lembaga pendidikan). Jadi PTM terbatas adalah usaha untuk menyelamatkan jiwa, fisik, moral, dan karakter generasi bangsa ini.

Allahu a’lam bissowab.

————– *** ————–

Tags: