PTS Nomboki Biaya Penerima Bidikmisi

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi SwastaSurabaya, Bhirawa
Program mahasiswa bidikmisi dari Kemenristek-Dikti terus digulirkan baik ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Sayang, kendati telah berjalan sejak 2010 lalu hingga kini tak pernah terjadi penyesuaian anggaran.
Kondisi ini pun tak bisa ditolak PT hingga rela tekor untuk menutupi biaya pendidikan penerima bidikmisi. Seperti di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya yang tahun ini mendapat kuota delapan mahasiswa bidikmisi.
Setiap penerima bidikmisi mendapat anggaran dari Dikti sebesar Rp6 juta per semester. Anggaran itu terdiri dari dua komponen antara lain biaya hidup dan biaya pendidikan. Rinciannya, Rp2,4 juta digunakan untuk biaya pendidikan yang dikelola PT dan Rp3,6 juta diterima langsung oleh mahasiswa.
Wakil Rektor I UM Surabaya Abdul Aziz Alimul Hidayat mengatakan, tidak semua prodi dapat menerima program bidikmisi. Minimal, prodi yang telah terakreditasi B dan non ilmu kesehatan serta kedokteran.  Seperti Fakultas Hukum, Agama, Psikologi dan Teknik. “Kalau untuk keperawatan biaya pendidikannya terlalu tinggi. Karena praktikumnya juga cukup banyak,” tutur Aziz.
Dengan anggaran Dikti sebesar itu, pihak UM Surabaya tekor hingga Rp2,1 juta per semester per mahasiswa. “Tapi kita juga tidak bisa menarik biaya ke penerima bidikmisi. Mereka harus gratis-tis,” tutur dia.
Selain menerima bidikmisi dari Dikti, Aziz mengaku kampusnya juga meluncurkan bidikmisi internal khusus untuk difabel dan atlet. “Selama ini jarang ada akses beasiswauntuk difabel. Mulai tahun ini kami khususkan dulu untuk tuna daksa. Karena akses kampus sudah mulai ramah dalam memberikan pelayanan difabel,” jelas Aziz. Lebih lanjut Aziz menerangkan, beasiswa difabel hanya diberikan untuk Fakultas Hukum.
Sementara untuk beasiswa atlet, merupakan kerjasama lanjutan dengan KONI.Selama ini, atlet dibiayai setelah jadi mahasiswa. Namun, di UM Surabaya sejak awal sudah difasilitasi bebas biaya apapun
Selain di UM Surabaya, penerimaan mahasiswa bidikmisi juga dilakukan STIE Perbanas. Tahun ini kuota bidikmisi yang diterima dari pusat meningkat dari tahun lalu 11 orang menjadi 20 orang. Tingginya jumlah kuota, secara otomatis menambah beban operasional yang harus ditanggung pihak perguruan tinggi.
Dengan menerima mahasiswa bidikmisi, STIE Perbanas merugi hingga Rp6,6 juta per orang per semester. “Satu semester Rp9 juta. Sedangkan subsidi dari pemerintah hanya Rp2,4 juta,” tutur Kabag Humas STIE Perbanas Arief Suharmadi. Lebih lanjut Arief menjelaskan, tidak semua prodi di kampusnya dapat menerima jalur bidikmisi. Hanya untuk prodi dengan status akreditasi A. Seperti S1 Akuntansi, S1 Manajemen, D3 Akuntansi dan D3 Keuangan Perbankan.
Kendati mengalami banyak kerugian pada jalur bidikmisi, STIE Perbanas justru menyediakan beasiswa melalui program lain. Ketua STIE Perbanas Dr Lutfi menuturkan, selain menerima jalur bidikmisi kampusnya juga membuka program beasiswa kemerdekaan yang diberikan Perbanas Foundation.
“Penerima beasiswa ini berhak memperoleh uang pendidikan senilai Rp2 juta,” pungkas dia.[tam]

Rate this article!
Tags: