PU Bina Marga Sidoarjo Evaluasi Jalan Percontohan PRP

24-PRP-Ach-1Sidoarjo, Bhirawa
Setelah terpasang beton pracetak atau Precast Rigit Pavement (PRF) di Jl Kemangsen, Kec Krian dan sudah dilewati sebagai jalan umum seperti biasanya. Dinas PU Bina Marga akan melakukan evaluasi secara bertahap. Tujuannya untuk mengukur kekuatan dan kualitas PRP.
Kepala Dinas PU Bina Marga, Ir Sigit Setyawan, kemarin mengatakan PRP merupakan beton pracetak buatan pabrik yang digunakan sebagai jalan alternatif pengganti aspal. Penerapan PRP sepanjang 173 meter dengan lebar 7 meter, untuk pertama kalinya diterapkan di Sidoarjo, bahkan di Jatim, mungkin juga di Indonesia. ”Makanya diberlakukan sebagai jalan percontohan,” katanya.
Jalan sepanjang 1,1 kilometer arah Balongbendo dan Tarik itu, baru dilaksanakan sebagai ujicoba sepanjang 173 meter, yang memerlukan 63 set. Per satu set memiliki ketebalan 26 cm. Lebar 2,4 meter dan panjang 3,5 meter. Total pembiayaan menggunakan APBD 2014 sebesar Rp1,76 miliar.
Menurut Sigit, kalau dihitung dari segi pembiayaan memang sangat mahal. Tetapi dari segi pembuatan, kekuatan dan  pemeliharaan cukup bisa andalkan. Biaya Konstruksi aspal beton biayanya Rp625.000 per meter persegi, dengan pemeliharaan atau peningkatan sekitar tiga tahun sekali, dengan resiko gagal cukup besar.
Untuk beton biasa Rp530.000 per meter persegi lama pemeliharaan sekitar 20 tahun, resiko gagal juga cukup besar. Sementara untuk beton pracetak biayanya sebesar Rp1.590.000 per meter persegi, dengan resiko kegagalan saat pengerjaan cukup kecil. ”Selain itu dalam pelaksanaan pembuatannya juga cukup singkat. 60 hari untuk beton biasa, beton pracetak hanya 14 hari,” jelas Sigit, rincian selengkapnya lihat tabel.
Jadi, jalan yang sudah dibuka untuk umum 17 Nopember 2014 lalu harus dievaluasi, karena untuk melihat dan mengetahui kelemahan selama PRP dilewati kendaraan bertonase besar. Jika selama evaluasi dalam jangka setahun kondisinya masih baik, PRP tak hanya akan diterapkan disisa Jl Kemangsen selanjutnya.
Jalan PRP diperkirakan bisa menahan kendaraan dengan tonase hingga 20 ton. Meski menggunakan anggaran yang lebih tinggi dibandingkan pengaspalan dan beton biasa, namun keawetan PRP lebih lama dan biaya pemeliharaan lebih kecil. ”Meski bisa menahan kendaraan bertonase besar tetapi tetap harus ada pelarangan kendaraan bertonase berat yang melebihi muatan,” ucapnya.
Hasil evaluasi yang didapat akan memberikan manfaat bagi pengerjaan PRP di sisa jalan Kemangsen. Bukan tak mungkin, simpang lima maupun titik jalan yang mudah rusak akan langsung memakai PRP pada peningkatan jalan selanjutnya. ”Kelemahan saat pemasangan maupun hasil evluasi nanti akan menjadi bahan pertimbangan,” ujar Sigit Setyawan usai berdiskusi dengan beberapa warga untuk mencari masukan sebagai bahan evaluasi. [ach]

Keterangan Foto : Kondisi jalan percontohan Kemangsen yang sudah dibuka untuk umum. [achmad suprayogi/bhirawa]

Tags: