Puasa dan Kesadaran Sosial di Tengah Covid-19

Ani Sri Rahayu

Oleh:
Ani Sri Rahayu
Dosen dan Trainer Universitas Muhammadiyah Malang

Situasi pandemi Covid-19 hingga kini belum juga ada indikasi berakhir. Keadaan seperti ini, tentu dibutuhkan kesadaran kita bersama untuk saling berbagi atau solidaritas dalam membaca keadaan sosial sekitar kita. Hingga, akhirnya membutuhkan tindakan nyata dari solidaritas itu sendiri. Artinya, tidak hanya kata tapi tindakan konkret yang bisa kita berikan pada orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Kesadaran sosial kini menjadi penting adanya, mengingat pandemi virus Corona (covid-19) sebagai bencana nasional hingga kini sulit diprediksikan titik berakhirnya. Situasi ini tentu mengundang kecemasan perekonomian buat kita semua.
Hingga akhirnya, sangat berpeluang membawa dampak yang cukup signfikan terhadap perekonomian Indonesia. Jumlah orang miskin meningkat seiring dengan terguncangnya perekonomian akibat pandemi Covid-19 di Indonesia maupun secara global.
Sungguh, suatu situasi pandemic saat ini sangat berat bagi kita semua. Oleh sebab itu, kita masyarakat sekiranya bisa saling membantu dan tolong menolong ke sesama di tengah pandemi Covid-19. Betapa indahnya ketika melihat orang yang saling tolong menolong, sebab itulah di antara makna sosial. Apalagi, ketika usaha yang dilakukan dengan sukarela dan tanpa pamrih. Semoga ada hikmah kebaikan yang dipetik dari upaya kita membantu guna membangkitkan rasa solidaritas sosial antar sesama umat manusia.
Melalui puasa Ramadan yang bersamaan dengan pandemi Covid-19 kali ini bener-bener memberikan pembelajaran yang cukup berarti tentang banyak hal. Mulai mengajari rasa syukur, hemat, tidak hedonis, mengajari solidaritas dan masih banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari hikmah puasa dibalik Corona ini. Relevasinya, situasi saat ini, ketika kita kaji dalam Alquran sejatinya, semua makhluk adalah fakir dan butuh kepada Allah.
Allah berfirman dalam QS Fathir [35]: 15, artinya : “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. Tentang masalah kefakiran/ kemiskinan, (maka) ini sudah merupakan ketentuan dari Allah. Ada orang yang diberikan kaya, ada yang diberikan miskin. Ada yang diberikan sehat, ada yang diberikan sakit, karena hidup ini merupakan ujian.
Allah menyebutkan dalam Surat Al-Anbiya’: 35, artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.
Sedangkan tafsir Quran Surat Al-Anbiya Ayat 35 bisa terkatakan bahwa tiap-tiap yang berjiwa itu akan merasakan mati di dunia (dan Kami akan menguji kalian) mencoba kalian (dengan keburukan dan kebaikan) seperti miskin, kaya, sakit dan sehat (sebagai cobaan) kalimat ini menjadi Maf’ul Lah, maksudnya supaya Kami melihat, apakah mereka bersabar dan bersyukur ataukah tidak. (Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan) kemudian Kami akan membalas kalian.
Sekiranya, itulah hikmah dibalik kecemasan ekonomi yang kini banyak dirasakan oleh banyak orang. Semoga, kita semua diberikan kesadaran sosial yang tinggi untuk saling membantu dan tolong menolong satu dengan lain. Sebab, bagaimanapun juga sikap saling peduli dan tolong-menolong menjadi salah satu ciri khas dalam budaya Islam. Selain itu, semoga kita semua senantiasa bisa bersabar dan tawakal dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. [*]

Tags: