Puasa dan Momentum Persatuan

Oleh:
Ach Nurcholis Majid
Alumnus Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dosen di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien

Sesuatu disebut bangsa, hanya jika masyarakatnya dapat bersatu dan hidup bersama dalam mewujudkan suatu cita-cita. Kira-kira demikian Ernest Renan dalam sebuah risalah Qu’est ce qu’une nation? Dilihat dari sejarah, Indonesia sebenarnya merupakan bangsa yang cukup kuat dalam hal persatuan. Bahkan asas Negara Indonesia juga menyebutkannya pada sila ketiga, Persatuan Indonesia. Terlebih, bangsa Indonesia adalah merupakan bangsa dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.
Jika merujuk pada nilai-nilai pendidikan yang ada pada puasa Ramadan. Apa yang disampaikan Renan, bukanlah suatu teori semata. Tetapi sudah terjadi di Indonesia. Hanya sayangnya, beberapa tahun terakhir, persatuan itu mulai terkoyak oleh ujaran kebencian, fitnah dan konflik politik. Sebab itu, momentum Ramadan ini merupakan momentum yang paling tepat bagi umat Islam untuk kembali untuk mereaktualisasi sikap muslim-shaim dalam berbangsa, sebagaimana diinginkan oleh pendidikan puasa.
Sikap yang toleran, dimulai dengan tidak secara mudah merasa lebih berharga dari yang lain, serta membangun komunikasi mutual antara satu dengan yang lain. Sebab, boleh jadi, ujaran kebencian keluar, dikarenakan kurang adanya kesepahaman antara satu dengan yang lain.
Selain itu, sikap amanah adalah juga merupakan aset terbesar untuk mewujudkan persatuan bangsa. Adanya kepercayaan antara satu dengan yang lain, sikap peduli terhadap tanggung jawab, adalah sesuatu yang wajib ada dalam menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa. Sebagaimana dikatakan Renan, kepentingan persatuan harus berada di atas segala-galanya dalam sebuah bangsa.
Di dalam Alquran surat Al-Hasyr ayat 14 disebutkan, bahwa biarlah seseorang berkumpul dan terlihat berjamaah, tetapi jika terdapat kemunafikan mereka akan terpecah-belah. Kebersamaan yang di dalamnya masih terdapat kemunafikan, adalah kebersamaan yang hanya akan memporak-porandakan persatuan.
Orang munafik ini, adalah sekelompok orang yang berpihak sesuai keuntungan. Sehingga kata Allah dalam surah An-Nisaa’, mereka adalah orang yang disesatkan dan susah untuk diberi petunjuk oleh manusia. Semoga momentum Ramadan ini, menjadi momentum untuk melahirkan pribadi berkualitas luhur, yang tidak berucap kecuali karena keluhuran, dan tidak bersama kecuali demi kesatuan mencintai bangsanya untuk cita-cita bersama.**

Rate this article!
Tags: