Puasa dan Pendidikan Kepekaan Sosial

Rahmawati Khadijah Maro

Oleh:
Rahmawati Khadijah Maro, Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
Ada banyak hal yang bisa kita bicarakan tentang ihwal puasa. Salah satunya adalah mengenai tujuan dari puasa. Sebagaimana yang telah tercantum dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 183, bahwa salah satu tujuan dari adanya ibadah puasa adalah agar bertambahnya ketakwaan umat Islam kepada Allah SWT.
Umat Islam diwajibkan berpuasa dengan tujuan agar bertambah keimanan dan ketaqwaannya. Bertambah dalam hal keyakinannya, yang kaitannya dengan keimanan kepada Allah, bertambah teguh dan mantap eksistensi imannya umat Islam sebagai mahluk yang menghambakan diri kepada Tuhannya.
Begitupun, ibadah puasa mengajarkan banyak hal kepada orang yang menjalankannya. Salah satunya, ibadah puasa mengajarkan kepekaan sosial. Berpuasa bukan hanya sekedar menahan diri dari makan, minum, dan semua hal yang dapat membatalkannya. Namun, puasa juga dapat memberikan pelatihan pendidikan kepekaan kita terhadap kesulitan orang lain. Puasa dapat melatih empati kita kepada orang miskin serta orang yang kelaparan serta kehausan.
Itu artinya, puasa, tidak hanya termaknai sebagai rutinitas. Namun, selebihnya dapat dijadikan momen latihan untuk meningkatkan kepekaan sosial. Melalui kepekaan sosial tidak hanya diwujudkan dengan berbagi kedermawanan, tapi dengan bersikap sewajarnya dan tidak bersikap berlebihan.
Meskipun lahir berkecukupan, kita tidak boleh hidup bermewah-mewah di tengah rakyat yang saat ini masih banyak mengalami kesulitan karena dampak pandemi covid-19 yang kini masih ada. Jika ini terjadi, maka sikap tersebut merupakan bentuk alienasi sosial yang mengarah pada sikap anarki spiritual.
Padahal, orang yang telah menjalankan ibadah puasa memiliki kepekaan atau kepedulian sosial lebih dari sebelumnya, berarti ibadah puasa yang dijalankannya insya Allah mabrur. Sebaliknya jika tidak, maka ibadah puasa yang telah dijalankan diragukan kemabrurannya.
Orang yang telah menjalankan ibadah puasa seharusnya memiliki kepekaan sosial lebih tajam. Dengan begitu, puasa dapat menjadi mediasi bagi kita untuk memperoleh pendidikan kepekaan sosial. Harapannya, setelah melewati puasa Ramadan ini, tergugahlah jiwa sosial umat Islam yang kemudian menjadikan terciptanya suatu tatanan masyarakat Muslim yang sejahtera, saling mengasihi dan menyayangi.
Oleh karena itu, Ramadan jangan disikapi secara berlebihan dalam spiritualitas, dan bahkan dijadikan gengsi sosial. Terlebih harus berlomba-lomba melakukan umrah Ramadhan di tengah kondisi masyarakat yang saat ini masih banyak yang mengalami kesulitan karena pandemi.
Ideal adanya, jika kepekaan sosial dalam Ramadhan justru harus ditunjukkan dengan transformasi sosial. Pasalnya, kepekaan sosial yang tumbuh dalam kultur budaya masyarakat dapat melahirkan terciptanya solidaritas kolektif dan rasa senasib dan sepenanggungan.
Rasulullah bersabda, tidak beriman seseorang kalau tidak mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Untuk itu, marilah kita tingkatkan rasa solidaritas dan kepekaan sosial sekaligus toleransi dengan demikian kekurangan dan ketidakmampuan yang kerap menjadi akar permasalahan sosial dapat terurai. [*]

Rate this article!
Tags: