Puasa Demi Meraih ‘THR’

Asri Kusuma Dewanti

Oleh:
Asri Kusuma Dewanti
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Puasa Ramadan 2022/1443 Hijriah tinggal beberapa hari lagi, sekiranya sangat merugi jika kita lewatkan begitu saja. Pasalnya, sungguh, di bulan Ramadan banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Bahkan, pelajaran tersebut sulit didapati titik ujungnya. Pelajaran yang bisa kita ambil yang paling besar adalah pelajaran takwa. Terlebih, disetiap amalan yang ada di bulan Ramadan bertujuan demi meraih takwa. Oleh sebab itulah, takwa adalah sebaik-baiknya bekal. Takwa adalah sebaik-baik pakaian yang dikenakan seorang muslim.
Takwa dalam puasa adalah seorang muslim meninggalkan apa yang Allah haramkan saat itu yaitu makan, minum, hubungan intim sesama pasangan dan semacamnya. Padahal jiwa begitu terdorong untuk menikmatinya. Namun semua itu ditinggalkan karena ingin mendekatkan diri pada Allah dan mengharap pahala dari-Nya. Inilah yang disebut takwa. Begitu pula orang yang berpuasa melatih dirinya untuk semakin dekat pada Allah. Ia mengekang hawa nafsunya padahal ia bisa saja menikmati berbagai macam kenikmatan. Ia tinggalkan itu semua karena ia tahu bahwa Allah selalu mengawasinya.
Melalui takwa itulah yang bisa menjadi wasiat orang terdahulu dan belakangan. Takwa itulah jalan keluar ketika seseorang berada dalam kesulitan. Takwa itulah sebab mendapatkan pertolongan ketika mati. Takwa itulah jalan menuju ketenangan. Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Intinya, takwa adalah wasiat Allah pada seluruh makhluk-Nya. Takwa pun menjadi wasiat Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada umatnya. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus pasukan, beliau pun menasehati mereka untuk bertakwa. Itu semua bertujuan supaya dengan takwa manusia meraih kebaikan.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 404).
Namun, untuk menuju titik capaian takwa memasuki 7 hari terakhir Ramadan, tentulah idak mudah. Pasalnya banyak godaan untuk meraih Takwa Hasil Ramadan (THR) semakin kuat. Semua itu, seiring dengan taburan pahala menjelang masa akhir Ramadan. Sebagai mana dimaklumi bahwa tujuan akhir ibadah puasa itu adalah menjadi manusia muttaqin (bertakwa). Allah sudah menyebutkan di dalam Al-Quran bahwa tujuan diwajibkannya ibadah puasa Ramadan adalah untuk meningkatkan derajat orang-orang beriman menjadi orang-orang bertakwa, sebagai mana firman Allah SWT dalam Surah Al Baqoroh 183.
Takwa itu sendiri secara bahasa bermakna : hati-hati, waspada, menjaga, takut.Adapun takwa secara istilah bermakna : mentha’ati Allah dan tidak memaksiati-Nya, mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya, mensyukuri nikmat Allah dan tidak mengkufuri-Nya, atau dengan kata lain menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Lebih luas lagi, takwa sebagai hasil puasa Ramadhan bermakna menjalankan segala kewajiban dan nawafil-Nya (ibadah tambahan), serta menjauhi semua larangan dan perkara syubhat (samar-samar), mafsadat (merusak), lagha (sia-sia), dan makruh (tidak disukai). Begitu pentingnya takwa, maka takwa menjadi wasiat abadi karena mengandung kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Melalui takwa pula harta menjadi barakah, ilmu menjadi manfaat, hidup menjadi bermakna, berbobot dan berkualitas. Dengan taqwa niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan ke luar, dan dengan takwa Allah akan memberikan rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Semoga dengan begitu tumbuh kesadaran kita untuk bertaqwa.
Semoga ketika sebelum Ramadan, ibadah salat dan sedeqah masih setengah-setengah, usai Ramadan 1443 Hijriyah ini, terjadi perubahan drastis ke arah yang lebih baik. Demikian juga amal-amalan lain, akan lebih baik lagi pasca Ramadan. Golongan yang demikianlah yang sepantasnya meraih ‘THR’. Semoga, dengan ibadah puasa Ramadhan dengan rangkaian ibadah serta amal shalih terbaik lainnya kita dapat meraih gelar takwa, derajat tertinggi di sisi Allah. Aamiin ya robbal’alamin. [*]

Rate this article!
Tags: