Puasa, Ketahanan dan Stabilitas Harga Pangan

Oleh :
Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen FPP Universitas Muhmammadiyah Malang.

Momen puasa Ramadan dan ketahanan pangan merupakan dua hal yang sangat berhubungan erat, sehingga tidak heran jika saat momen Ramadan keberadaan pangan sering kali mengalami kenaikan harga. Baik itu dikarenakan karena meningkatnya permintaan yang akhirnya membuat harga pangan naik di pasaran, atau bisa jadi karena ketersediaan pangan yang mengalami kekurangan atau defisit di pasaran. Namun, intinya keduanya butuh satu kata kunci yaitu ketahanan dan stabilitas harga pangan.

Sedangkan, ibadah puasa merupakan suatu kebutuhan primer rohaniah kita manusia, sedangkan pangan merupakan kebutuhan primer jasmaniah, fisik atau tubuh kita manusia. Kebutuhan manusia terhadap pangan merupakan kebutuhan asasi yang harus dipenuhi, karena Tuhan menciptakan manusia dengan kebutuhannya terhadap pangan. Sebuah kebutuhan yang menjadi bawaan manusia untuk memenuhi kebutuhan pangannya, makan dan minum yang sehat dan baik untuk tubuh dan keberlangsungan hidupnya. Allah, Swt., berfirman dalam Q.S Al-Anbiya Ayat 8, “Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal.”

Melalui ayat tersebut, setidaknya bisa kita artikan bahwa puasa dan pemenuhan akan pangan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam keberlangsungan kehidupan kita manusia. Puasa merupakan tradisi yang sudah lama berlangsung. Jauh sebelum Islam datang, puasa telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Dan, perintah puasa yang dibawa oleh Islam menunjukkan upaya pengembalian manusia pada fitrahnya.

Selama satu bulan dilatih untuk baik secara jiwa maupun raga untuk tunduk dan patuh pada ketentuan Sang Pencipta, Allah SWT. Dan, hal tersebut terujuk dalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 183, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadan, puasa ini diwajibkan sebagaimana orang-orang sebelum mereka, dengan tujuan agar bertakwa, taat dan patuh pada perintah Allah. Dan, tujuan akhir menjalankan ibadah puasa adalah keinginan untuk kembali kekeadaan fitrah.

Berbeda dengan pangan yang merupakan kebutuhan primer jasmaniah, fisik atau tubuh kita manusia. Selama manusia hidup, maka bisa dipastikan butuh makan dan minum, maka kebutuhan itu harus dipenuhi. Tentunya, apa yang termakan sekiranya bisa secukupnya tidak berlebihan sebagaimana sesuai kebutuhan saja. Dalam konteks ini juga dapat dipahami dan dikembangkan makna firman Allah dalam QS Al-Maidah [5]: 87 yang memiliki arti : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan jangan juga melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ”

Selebihnya, idealnya kebutuhan pangan menjadi aman, harga stabil sehingga orang tidak lagi khawatir untuk tidak makan. Islam memperjuangkan kondisi aman, aman merupakan nikmat dan berkah yang agung, aman merupakan salah satu kekhususan surga. Di surga kelak penghuninya tidak ada rasa takut dan khawatir, betul-betul aman. “(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman,” (QS. Al-Hijr Ayat 46).

Oleh sebab itu, persoalan tentang ketahanan pangan melalui ketersediaan dan stabilitas harga pangan untuk tubuh adalah salah satu hal urgen diperjuangkan. Ketahanan makanan merupakan salah satu pilar kehidupan yang stabil. Nabi Ibrahim, As., berdoa kepada Allah, Swt., “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. (QS. Al-Baqarah Ayat 126).

Berangkat dari pemahaman tersebut, semakin menguatkan bahwa kita manusia merupakan makhluk yang secara kodratnya membutuhkan makan dan minum untuk melangsungkan hidupnya, jadi kebutuhan terhadap makanan dan minuman haruslah tercukupi. Begitupun dengan ibadah puasa yang merupakan kebutuhan spritualitas yang sifatnya kerohaniahan yang sangat mutlak kita butuhkan dalam hidup ini. Demikianlah pangan sebagai kemantapan hidup duniawi (materialisme). sedangkan Allah dengan Al-Quranu wa sunnaturrasul adalah gagasan yg paling indah (untuk hidup di dunia dan akhirat )” sebagai wujud penghambaan kita sebagai manusia dengan salah satunya adalah menjalankan perintahNya untuk beribadah puasa. Jadi dengan begitu terlihat jelas bahwa ibadah puasa dan ketahanan pangan melalui stabilitas harga pangan memiliki hubungan yang erat diantara keduanya dalam keberlangsungan kehidupan kita manusia.

———– *** ————-

Tags: