Puasa Menuju Mental Kebersahajaan

Asri-Kusuma-DewantiOleh:
Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Ibadah puasa sejatinya merupakan momentum untuk melakukan perubahan terhadap diri menuju sikap dan perilaku yang istiqomah. Salah satunya yang up to date di bulan Ramadan sekarang ini adalah menghindari budaya konsumtif yang kian menihilkan tanggung jawab keberlanjutan dan keadilan distributif demi meluruskan niat ibadah kita umat muslim. Selain itu, puasa sejatinya perlu meneguhkan rasa empati umat Islam terhadap kaum miskin, terutama dengan menerapkan moderasi dalam makan dan minum. Melalui perilaku moderat saat ini, diharapkan bisa tetap berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
Fakta di lapangan sering kali berbeda, esensi Ramadan terabaikan dan berada dalam keadaan menyedihkan bagi sebagian umat Islam. Hal ini jelas terlihat pada perilaku belanja sebagian besar umat Islam selama Ramadan secara berlebihan. Peluang yang demikian, banyak pihak yang justru habis- habisan memanfaatkan Ramadan guna meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Berbagai taktik dan strategi penjualan muncul untuk memengaruhi para konsumen Muslim, sehingga siapa pun yang tak tak mampu mengendalikan diri bakal menjadi mangsa para pedagang atau penjual yang tak peduli lagi dengan daya beli yang sudah kembang kempis. Ketika keuangan mulai menipis, banyak yang beralih kepada kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan belanja. Tren ini terus berulang dari Ramadan ke Ramadan, tiap tahun. Ramadan telah berubah menjadi bulan komoditas.
Perilaku konsumtif bila kita cermati di kalangan umat Islam selama Ramadan terkait erat dengan kegagalan mereka untuk membatasi hasrat. Pengeluaran selama Ramadan jauh lebih besar daripada bulan-bulan lainnya. Konsumerisme menjadi napas suasana Ramadan. Hasrat telah mengalahkan kontrol diri, sehingga sudah saatnya perilaku konsumtif dapat dikendalikan di bulan puasa ini.
Konsumerisme ini biasanya termanifestasi dalam kelompok ‘gila belanja’ yang kerap tidak memikirkan kemampuan keuangan mereka dan konsekuensi dari pengeluaran yang mereka lakukan. Beberapa di antara mereka juga menyatroni aneka bazar Ramadan untuk membeli berbagai hidangan lebih dari yang diperlukan. Meskipun Ramadan mengajarkan muslim bersikap moderat dalam setiap aspek kehidupan, pemborosan telah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Perilaku belanja berlebihan perlu segera dihentikan dengan mengejawantahkan sikap hidup sederhana secara berkelanjutan. Uang yang ada dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan biaya Lebaran, seperti untuk menutupi biaya BBM mudik ke kampung halaman. Ritus puasa seyogyanya memberikan pelajaran moral, terutama berkaitan dengan nilai-nilai moderasi, kesederhanaan dan pengendalian diri.
Seyogyanya semangat emansipatif puasa dapat merombak perilaku konsumtif masyarakat menjadi produktif sehingga ledakan demografi bangsa ini adalah kekuatan dan bisa bermuara pada kemakmuran dan keberlanjutan, bukan petaka. Melalui keluhuran budi mental kebersahajaan, mari kita jadikan perjalanan puasa ini sebagai proses revolusi mental yang akan mampu membuka pikiran, nurani, dan komitmen bersama dalam melihat persoalan ketimpangan dan ketakadilan di lingkungan sekitar kita.*

Rate this article!
Tags: