PENUNGGANG KUDA
Oleh:
Faris Al Faisal
Sajak lelah seperti penunggang kuda yang terengah
Ringkik kuda tenggelam
Kaki menapak goyah di sanggurdi
Menempuh malam dan perjalanan sunyi
Ya,
Sayang sekali hujan kelak menjadi arsip dan kenangan
Menyimpan dingin
Dan pelukan akan merenggang jarak
Indramayu, 2019
FOSIL
Sebentuk fosil, perjalanan kepada masa lalu
Kehidupan lampau
Kita tak menemukan apa-apa selain reruntuhan
Luka dan air mata
Indramayu, 2019
PULANG KE KANDANG
Sapi-sapi sekolah,
sapi-sapi bermain,
sapi-sapi makan,
sapi-sapi pulang ke kandang.
Sapi pun pergi ke pasar,
membeli baju,
mencari sepatu,
pergi ke tempat-tempat wisata
Sekarang sapi-sapi sudah seperti manusia
Tak ada lagi yang dipaksa;
1. Tak ada sapi bajak
2. Tak ada sapi gerobak
3. Tak ada sapi budak
Sapi-sapi sudah merdeka
Tuan-tuannya membebaskannya
Untuk itulah sapi-sapi ingin menjadi manusia
Hidup dengan cinta kasih
Cukup dulu;
1. Dijagal
2. Dipotong
3. Diperah
Sapi-sapi,
Manusia-manusia
Tidak ada sapi manusia
Tidak ada manusia sapi
Indramayu, 2019
RUMAH RUMINANSIA
Bambu-bambu hutan telah saya buat menjadi kandang. Rumah ruminansia. Di situ anak-anak sapi naik ke kain dan berayun-ayun. Tumbuh berlarian di rerumputan. Menjemput masa depannya. Mainan yang menyenangkan bagi mata. Kau sendiri memilih menjadi induk bagi mereka. Menyusui dengan dua payudaramu. Membagikan fermentasi jerami saban pagi dan petang. Menyalakan malam dengan unggun dari ranting sisa jerami dan alfalfa kering. Sesekali kau mungkin letih dengan keadaan. Tak lagi peduli dengan lenguhan saya padahal sedang di sampingmu. Rasa kesal dan cemburu biarlah saya puisikan dalam mimpi. Dan esoknya kita pun kembali ke tengah padang rumput. Memetik bunga rumput sambil berdendang, bermain tanduk, atau berjemur dan pulang membasuh tubuh di sungai. Saat sore menjelang kita telah kembali ke kandang. Menyambut purnama dengan keloneng lonceng di leher-leher dengan riangnya.
Indramayu, 2019
MIKROFON
Sebatang kabar berdiri di Uighur, memanggil
Bagai mikrofon yang kemerosok
Apa kau dengar
Tentang hati yang memar
Duka berputar di kaset piringan hitam
Nyanyi luka menjeram
Kata dibungkus dalam bungkam
Tergenang mata dan tenggelam
Adakah kekasih yang rindu, cuma nunggu
Di bawah atap bisu
Sementara salju mendengus
Luas dan mengancam
Melalui bunyi mikrofon
Uighur, menugur
Indramayu, 2019
Penulis:
Faris Al Faisal
Lahir dan berdikari d(ar)i Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi. Pada “World Poetry Day March 21” menuntaskan 1 Jam Baca Puisi Dunia di Gedung Kesenian Mama Soegra Dewan Kesenian Indramayu (2021). Puisinya mendapat Hadiah Penghargaan dalam Sayembara Menulis Puisi Islam ASEAN Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ke-9 Tahun 2020 di Membakut, Sabah, Malaysia, Juara 1 Lomba Cipta Puisi Anugerah RD. Dewi Sartika dan mendapat Piala bergilir Anugerah RD. Dewi Sartika, Bandung (2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik” Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi, dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tersiar pula puisi-puisinya di surat kabar Indonesia dan Malaysia. Buku puisi keduanya “Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian” penerbit Rumah Pustaka (2018).
——— *** ———-