Puisi-puisi Syamsul Bahri

Alamanak berjatuhan

Ku tinggalkan segala harap
Pada kencangnya waktu
Sebelum pagi menjadi lebih matang
Tak ada cemas di kursi ibu
Hanya ada genangan-genangan air mata

Almanak berjatuhan
Tak ada yang menanggalkan kepergiannya
Jejaknya pun dipungut
Bahkan tubuhnya ditinggalkan
Diatas meja, bertumpuk dengan buku-buku
Yang terbakar

Bulan sengaja mengambilnya
Setelah matahari menaruhnya
Dan hujan tak dapat pula dijemput
Di pelupuk mata

(2020)

Bunga terate

Aku keluar dari kelopak bunga terate
–harumnya menguar memabukan yang mabuk
Dibubuhkan diatas jemala
Membawa sebilah belati tuhan
Untuk ku tusukkan kedadadaku
Dan pijarnya melawan segala durjana
Menjadi lakon untukmu
Sampai matahari tak sanggup tuk bertemu bulan
Purnama, ketika mekarnya
Akan selalu menghidupi yang hidup
Dan mati akan selalu berganti
(2020)

Matamu bernoktah aku

Terpaku berada didekatmu
Tiba-tiba bulan menjelma bola matamu
Angin sunyi
Cahaya lekas mengering
Dua bola mataku seketika rabun
Oleh pijar parasmu
Serupa senja yang tertukar dengan arunika
Kata-kata berjatuhan tanpa mempunyai
Sebuah nama
Kata-kata menawarkanku tuk bertanya-tanya
Namun, kata-kata telah melukai dirinya
Sebelum kehilangan pendar cahaya
Teduh di noktah matamu

Sementara aku memahat wajahmu
Pada kebun ingatanku
Dan kau menabur benih-benih rindu
Untukku makan pada meja kesuniyan

(2020)

Sampai

Jejak langkahmu membekas di jemalaku
Kau mempunyai beberapa nama

Ditata setelah sekian lama kau timbun
Ku jeda sepersekian detik

Menghirup nafas, perjalanan masih jauh
Sementara jalan kemarin belum sempat kau jamah

Pada deburan debu di tengah jalan
Kau bertanya, apakah aku akan sampai?

(2020)

Bunga tidur

Mimpi adalah awal sebuah kehidupan
Seorang anak memesan mati sementara
Diatas Kasur tapi ia berpesan:
“Jangan kau kubur mayatku, sebelum aku mati
ditanganMu”

Sebelumnya anak itu menenggak racun
Agar tidurnya senantiasa tenang
Dan bangun seperti telah lahir kembali

Dosa sebagai makanan sehari-hari
Mengaku pemilik dari segala
Kehidupan yang fana
Dan dianggap abadi oleh segelintir anak
Di sisa-sisa usia
Mereka tak menyisakan keberanian
Untuk menjadi manusia seutuhnya
Tapi sebagian bercampur malaikat, setan, tumbuhan dan hewani
Bahkan tuhan juga ikut andil didalamnya

Hendak menjelma madu
Yang mengalir ke telaga kautsar
Berdampingan di sungai-sungai susu
Yang kental tapi tak manis
Dan bidadari senantiasa menyirami
Bunga-bunga mimpi

(2020)

Rinai puisi
Rinai puisi menggenang di lubang kenangan
Melarutkan kisah-kisah pertemuan
Menyusuri aspal yang lindap
Menghafal namamu yang berakhir senyap

Yogyakarta, 2020.

Dalam perjalanan

Dalam perjalanan pergi
Masing-masing dari kita memahat cahaya
Pada sebuah batu nisan
Dalam perjalanan pulang
Entah itu masa lalu atau masa depan
Masing-masing dari kita mengusap gelap
Dengan kain berlumur dosa

Jalan-jalan pelan-pelan mencintaimu
Ia selalu menitipkan samsara
Pada setiap arah langkah terakhirmu
(2020)

Tentang penulis

Syamsul bahri, lahir di Subang 12 Juli 1995. Seorang guru dan penulis puisi di salah
satu lembaga Yogyakarta. Almni dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Alumni
Bengkel Teater Rendra dan menjadi pegiat Komunitas Seni Budaya (KSB) UNY di Yogyakarta.
Sajak-sajaknya pernah tersiar di berbegai platform media daring dan luring.
Salah satu puisinya termuat dalam antologi bersama, antara lain: Carpe diem (Penerbit Halaman
Indonesia, 2020) Surel :syamsulb725@gmail.com. @syamsulbahri_1922.

———— 000 ———–

Rate this article!
Puisi-puisi Syamsul Bahri,5 / 5 ( 2votes )
Tags: